Rabu, 24 Juni 2015

PERBANDINGAN KUALITAS PELAKSANAAN KURIKULUM



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan masalah penting dan perlu mendapat perhatian, untuk mempersiapkan kualitas sumber daya manusia, oleh karena itu harus ditangani sebaik-baiknya. Sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional, seperti dirumuskan dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, disebutkan bahwa untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis, bertanggung jawab. (Bab II. pasal 3. Sisdiknas 2003). Salah satu upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan melakukan penyesuaian kurikulum sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


Kurikulum 1994 yang berlaku selama ini, dinilai kurang sesuai untuk menghadapi tuntunan zaman. Fenomena ini merupakan kenyataan dengan semakin meningkatnya jumlah lulusan pendidikan formal, yang kurang memenuhi standar mutu pendidikan, hampir dari semua jenjang pendidikan Sekolah menengah Pertama (SMP) sampai Perguruan Tinggi (PT). Salah satu jalan menanggulagi masalah ini dengan penyempurnaan kualitas kurikulum yang lebih kontributif terhadap siswa, proses belajar mengajar yang efektif, sarana dan prasarana sekolah yang memadai, kesejahteraan para guru sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas. Maka sesuai Tap MPR No IV/MPR/1999 tentang GBHN tahun 1999-2004, UU No 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional (Depdiknas.2003:1), Pemerintah menerapkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang berisi seperangkat rencana, pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya manusia (Depdiknas,2004:3). Kurikulum berbasis kompetensi tersebut dilaksanakan disemua sekolah secara efektif pada tahun ajaran 2004. Pada tahap awal, pelaksanaan KBK tersebut masih banyak memenuhi kesulitan, antara lain: adanya perbedaan tujuan, materi, proses belajar mengajar media dan sistem evaluasi, karena para guru selam ini mempergunakan kurikulum 1994. Kesulitan tersebut juga dialami oleh Sekolah SMA Negeri 1 Sintang.
1.    Kondisi Fisik Siswa dan Guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sintang
Letak sekolah rata-rata strategis mudah dijangkau oleh siswa, guru dan karyawan, jauh dari keramaian sehingga tidak menggangu proses belajar mengajar, bidang sarana dan prasarana SMA Negeri 1 Sintang sudah memadai, setiap sekolah memiliki perpustakaan, laboratorium, ruang Bimbingan Konseling (BK), ruang tata usaha, ruang komputer, tempat ibadat. Jumlah guru di Kabupaten Rembang sudah cukup memadai, secara kualitasnya sudah memenuhi standar profesionalitas sebagai pengajar.
2.    Kesiapan Melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Dengan diterapkanya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) oleh pemerintah ditahun 2004, diharapkan standar pendidikan Indonesia dapat berkualitas dan menghasilkan lulusan yang mempunyai kompetensi tertentu, dalam menghadapi persaingan dunia kerja. Pada dasarnya setiap perubahan akan membawa dampak, dengan perubahan kurikulum ditahun 2004, harus diantisipasi dan dipahami oleh berbagai pihak karena akan berpengaruh pada proses dan hasil pendidikan yang akan dicapai, dalam menghadapi perubahan tersebut yang perlu disiapkan adalah komponen sekolah itu sendiri. Yaitu kepala sekolah dan guru sebagai pelaksana pendidikan harus mempuyai kualifikasi tertentu, karena merekalah menentukan baik buruknya komponen dan dimensi sekolah, guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan dan profesionalitas keahlianya, karena guru yang melaksanakan fungsi kurikulum dengan terlibatlangsung dalam proses belajar-mengajar, kepala sekolah harus mampu mengorganisasi sekolah secara bijak dan profesional. Maka guru dan kepala sekolah perlu dibekali secara mendalam mengenai konsep KBK, dengan pelatiahan khusus dan penataran, disamping penyediaan sarana dan prasarana sekolah yang mendukung bagi pembelajaran.
Dalam menyiapkan diri menghadapi penerapan Kurikulum 2004, guru dan kepala sekolah perlu memperhatikan tiga komponen utama sebagai berikut: (1) merumuskan standar kompetensi yang capai, (2) merumuskan silabus, program pembelajaran, hasil belajar dan kriteria penilaian, (3) Perencanaan persiapan mengajar dan media yang digunakan (Mulyasa, 2004 : 5). Hal-hal yang perlu disiapkan sekolah dalam persiapan dan pelaksanaan KBK :
a.    Menciptakan lingkungan yang kondusif yang ditunjang dengan berbagai sarana-prasarana.
b.    Mengembangkan fasilitas dan sumber belajar sendiri.
c.    Mendisiplinkan siswa.
d.    Mengembangkan kemandirian dan kemampuan kepala sekolah dalam mengorganisasi sekolah.
e.    Mengubah paradigma/pola pikir guru yang berorientasi pada hasil.
f.     Memperdayakan tenaga kependidikan dalam manajemen sekolah. (Mulyasa.2004 : 32).
Dalam rangka kesiapan sekolah melaksanakan KBK, hendakanya sekolah mampu mengembangkan berbagai potensi siswa secara optimal.
3.    Perbandingan Kurikulum 1994 Dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Sesuai kebijakan pemerintah yang menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) bertujuan untuk menyempurnakan kurikulum 1994, maka implementasi KBK perlu dipahami dan diperhatikan agar pelaksanaannya tidak mengalami kesalahan yang sama dengan kurikulum sebelumnya. Dari segi tujuan kurikulum 1994 lebih menekankan penguasaan ilmu pengetahuan, analitis, sistesis, sesuai bidang ilmu masing-masing. Sedang kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menekankan pada pemahaman, kemampuan atau kompetensi tertentu yang dimiliki siswa disekolah, yang berkaitan dengan pekerjaan di masyarakat.
Dari segi materi mata pelajaran Sejarah, dalam kurikulum 1994 materi di maksudkan untuk menumbuhkan rasa bangga dan cinta tanah air, sehigga materi difokuskan pada perjalanan hidup masyarakat masa lampau sampai sekarang nasional maupun dunia. Sedang dalam KBK materi pelajaran Sejarah ditujukan agar siswa memiliki komptensi untuk berfikir kronologis, memahami nilai/makna Sejarah untuk menjelaskan perkembangan dan perubahan masyarakat, materi lebih diperdalam dasar keilmuanya. Dari segi media, dalam kurikulum 1994 media berfungsi sebagai saran penyampai informasi/menarik perhatian siswa, sedang dalam KBK media berfungsi sebagai sumber belajar sendiri untuk memperoleh pengalaman, keterampilan. Dari segi evaluasi, dalam kurikulum 1994 penilaian dilakukan untuk mencapai standar Nasional, kriteria penilaian tidak dibedakan sehingga tidak menyentuh aspek kepribadian siswa. Dalam KBK proses evaluasi sangat penting bentuk penilaian dibedakan antara pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik), standar pencapaian kompetensi pada tingkat lokal, proses evaluasi di sini bertujuan mengembangkan kompetensi siswa meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap serta minat. Untuk lebih jelasnya lihat dalam tabel perbandingan kurikulum 1994 dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) sebagai berikut :
Tabel
Perbandingan Kurikulum 1994 dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
NO
PERBANDINGAN
KURIKULUM 1994
KBK
1
Tujuan
Mementingkan isi dan materi yang harus dikuasai siswa
Mementingkan pemahaman dan kompetensi yang dimiliki siswa
2
Materi
Di kembangkan tidak berdasarkan kebutuhan dan kemampuan siswa
Lebih diperdalam pokok dasar materi keilmuanya
3
Media
Sebagai penyampai informasi
Sebagai sumber belajar sendiri
4
Evaluasi
Standar pencapaian tingkat nasional, penilaian tidak menyentuh aspek kepribadian siswa
Standar tingkat lokal, yang menekankan proses dan hasil belajar siswa.

Dari masalah serta ketertarikan pada masalah KBK, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul: Perbandingan Kualitas Pelaksanan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan Kurikulum 1994 Pada Mata Pelajaran Sejarah Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sintang.

B. Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.    Bagaimana perbandingan konsep materi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan kurikulum 1994 terhadap mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Sintang ?
2.    Bagaimana perbandingan proses belajar-mengajar kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan kurikulum 1994 pada mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Sintang?
3.    Bagaimana perbandingan pemanfaatan media pengajaran kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan kurikulum 1994 pada mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Sintang?
4.    Bagaimana perbandingan sistem evaluasi dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan kurikulum 1994 pada mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Sintang?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan judul dan permaslahan di atas, maka peneliti dapat merumuskan tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui perbandingan konsep materi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan kurikulum 1994 terhadap mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Sintang.
2.    Untuk mengetahui perbandingan proses belajar-mengajar kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan kurikulum 1994 pada mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Sintang.
3.    Untuk mengetahui perbandingan pemanfaatan media pengajaran kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan kurikulum 1994 pada mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Sintang.
4.    Untuk mengetahui perbandingan sistem evaluasi pada kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan kurikulum 1994 pada mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Sintang.

D. Manfaat Penelitian
Dari penyusunan penelitian ini kami mengharapkan ada sesuatu yang berguna maka dapat di rumuskan manfaat sebagai berikut:
1. Memberi sumbangan empiris
Dengan mengetahui proses pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan membandingkan dengan Kurikulum 1994, maka dapat diketahui kekurangan dan kelemahan masing-masing kurikulum sehingga sistem pembelajaran sejarah dapat di tingkatkan dan lebih kontributif terhadap siswa.
2. Manfaat praktis
Berguna untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti, dalam menerapkan teori yang pernah di terima di bangku kuliah. Serta bermanfaat bagi guru dan pihak yang terkait bagi perkembangan dunia pendidikan, sehingga dengan hasil penelitian ini dapat diketahui kualitas pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan kurikulum 1994 terhadap pengajaran sejarah, maka diharapkan dapat membantu guru menentukan strategi belajar yang baik dalam pengajaran sejarah, sarana prasarana yang memadai, serta alat evaluasi yang tepat.


BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Konsep Kurikulum
1. Pengertian dan Fungsi kurikulum
Pada dasarnya proses pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, maka untuk mencapai tujuan tersebut, perlu adanya rancangan pendidikan yang biasa kita sebut “kurikulum” berbentuk tertulis, sistematis, jelas dan rinci, serta adanya evaluasi sebagai tolak ukur keberhasilan proses belajar, pendidik yang berkompeten, sarana dan prasarana sekolah, jadi kurikulum menjadi syarat mutlak bagi jalannya pendidikan di sekolah atau inti dari rancangan yang akan diajarkan dan dipelajari dalam sekolah.
Secara “etimologi” istilah kurikulum berasal dari bahasa Latin yaitu “curiccula” yang berarti jalan atau perlombaan yang kemudian diadopsi dalam dunia pendiddikan menjadi jalan, usaha, kegiatan untuk mencapai tujuan pengajaran (Kaber,1988:3). Sebagian orang tidak tahu tentang konsep kurikulum secara pasti, karena banyaknya ahli yang berpendapat mengenai definisi kurikulum, bagi kebanyakan orang kurikulum hanya diartikan sebagai suatu bidang studi. Berikut beberapa definisi kurikulum, pengertian kurikulum menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989 BAB I pasal I yaitu :
Seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.(Dakir, 2004: 3)

9

 
Berikut beberapa pendapat para ahli mengenai definisi kurikulum :
John Dewey (1902): kurikulum adalah pengalaman anak yang direkontruksi terus menerus menjadi sejumlah pengetahuan yang tujuanya adalah pertumbuhan (Kaber, 1988 :4)

Dewey memandang kurikulum sebagai sesuatu yang dinamis dan tujuan utamanya adalah pertumbuhan individu, selanjutnya Hilda Taba mengemukakan pengertian kurikulum yang menitik beratkan pada alat dan bahan yaitu:
Hilda taba (1962) : suatu kurikulum tersusun dari unsur-unsur tujuan, seleksi dan organisasi bahan, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi (Kaber, 1988 :5)

Definisi kurikulum selanjutnya menurut Ronald C.Doll yang memandang kurikulum sebagai hasil atau konsekuensi yang diinginkan dalam pengajaran: Ronald C.Doll (1978):
kurikulun adalah bahan dan proses baik yang bersifat formal maupun nonformal dimana anak memperoleh pengetahuan, keterampilan. Sikap dan nilai-nilai dibawah tanggungjawab sekolah. (Kaber,1988: 4)

Doll memberikan gambaran yang lengkap mengenai kurikulum yang meliputi bahan, proses dan hasil serta mementingkan unsur formal maupaun informal.
Berikutnya David Pratt (1980:4 ) dan Donald F Cay mengemukakan identifikasi rumusan kurikulum sebagai pengangan yang didapat dari beberapa pendapat yang dikemukakan:
a.    Kurikulum adalah suatu rencana pengalaman belajar untuk anak yang membawa perubahan pada tingkah laku
b.    kurikulum sebagai kegiatan belajar yang direncanakan yang mementingkan proses belajar anak, yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan
c.    Kurikulum sebagai perangkat organisasi pendidikan yang menyatukan komponen tujuan, isi, sistem, dan evaluasi dalam suatu kesatuan yang tidak terpisahkan.(Nurgiyantoro,1988: 5)

Beberapa ahli juga menekankan pengertian kurikulum pada peranan murid sebagai subjek yang aktif dalam belajar konsep yang dikemukakan oleh Beane,
Toeper dan Alenssi sebagai berikut :
a.    Kurikulum dipandang sebagai produk.
b.    Sebagai program yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
c.    Sebagai kegiatan belajar pengalaman yang bersifat kongkrit dan abstrak yang memusatkan pada anak sebagai agent masyarakat pewaris dan pemelihara budaya.(Nugiyantoro,1988)

Pandangan dan definisi yang berbeda-beda mengenai kurikulum bermanfaat bagi kita, untuk memperoleh pengetahuan yang lebih dalam tentang arti  kurikulum, sehingga dapat menjadi sumber pengetahuan mengenai kelemahan keunggulan beberapa konsep kurikulum, mendapatkan suatu perumusan yang sesuai orientasi kita. Dari pengertian diatas dapat dirumuskan definisi kurikulum sebagai berikut, kurikulum merupakan seperangkat rencana kegiatan belajar mengajar mengandung komponen tujuan, isi, strategi, evaluasi yang meliputi seluruh pengalaman anak untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum adalah kegiatan, proses dan prosedur yang harus dilakukan guru dan siswa sehingga hal yang terencana dapat tercapai tujuanya. Berikut adalah fungsi kurikulum dalam pengajaran disekolah:
1)    Kurikulum memberi arah kepada kegiatan belajar mengajar
2)    Kurikulum menyediakan sejumlah bahan pengajaran untuk meningkatkan kualitas pendidikan
3)    Kurikulum memberikan garis-garis besar strategi belajar mengajar
4)    Kurikulum merupakan kerangka dasar pelaksanaan pendidikan dan bersangkut sistem nilai dalam masyarakat
5)    Kurikulum mengandung sejumlah keinginan/tuntutan dari masyarakat, pemerintah, perkembangan zaman
6)    Kurikulum merupakan sistem dari berbagai unsur yaitu tujuan, bahan, kegiatan belajar mengajar dan produk yang berkaitan (Kaber, 1988 : 9)
2. Teori Kurikulum
Teori kurikulum merupakan serangkaian konsep pendidikan yang saling berhubungan untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi (Kaber, 1988:63) fungsi teori ini untuk menjelaskan, meramalkan kemungkinan baru dan mengadakan analisa kritik tentang keadaan pendidikan dan dampaknya terhadap masyarakat. Menurut Glatthorn ada 4 teori kurikulum berdasarkan ranah penyelidikanya :
a. Teori yang berorientasi pada struktur
Teori ini berusaha menganalisa komponen-komponen kurikulum dan hubunganya, teori struktur berlaku pada tingkat makro, mengembangkan konsep global dengan: merumuskan sistem, konsep, memadukan tujuan dan usaha mencapainya dengan seluruh proses pengembangan. Banyak faktor yang mempengaruhi kurikulum seperti kebutuhan golongan yang berkuasa, ekonomi, kebutuhan masyarakat dan subkultur, sumber pengetahuan, masyarakat ilmiah, sumber agen riset kekuatan-kekuatan ini berinteraksi dengan minat, nilai, kebutuhan dan sikap badan pengendali.
Pada tingkat mikro berupa usaha menjelaskan fenomena kurikulum yang terjadi dalam lembaga sebagai berikut:
1)    Bahan mencerminkan hubungan peristiwa, benda, lingkungan
2)    Bahan mencerminkan konsep-konsep didunia disusun secara logis dari sederhana ke hal yang kompleks
3)    Bahan yang menyangkut metode problem solving
4)    Bahan yang di pertimbangkan berdasarkan psikologi belajar
5)    Bahan yang memperhitungkan segi pribadi dan sosial
b. Teori yang berorientasi pada Nilai
Teori ini berdasarkan pada analisa nilai, sifatnya kritis, MC Donald mengemukakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk memperlancar perkembangan Indonesia yang otonom, mewujudkan dirinya. Pendidikan pada hakekatnya yaitu kontrol, konsensus emansipasi sebagai sumber nilai. Dengan kontrol, kurikulum dikembangkan bertolak pada analisis-empiris mata pelajaran (pendidikan disiplin ilmu), konsensus mementingkan pemecahan masalah sosial dengan kerjasama sedangkan emansipasi maksudnya kurikulum bersifat problem solving, siswa mempelajari lingkungan dengan mengambil data, memprosesnya dengan berbagai cara sehingga siswa diaktifkan.
c. Teori kurikulum Berorientasi pada bahan
Teori ini berkaitan dengan pemilihan dan organisasi bahan, yang di pusatkan pada anak, ahli teori menganggap anak merupakan titik awal penentu kurikulum, maka perlu dikembangkan perasaan, nilai sosial kognitifnya serta perkembanganya, kemudian dipusatkan pada masyarakat karena pendidikan berguna memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang kepincangan dalam sosial kultural, dan memberi alat untuk mengadakan perubahan.
d. Teori Kurikulum Yang berorientasi pada proses
Glattrhorn memberikan analisa terhadap pengembangan kurikulum dengan menitik beratkan pada proses, mengadakan analisis sistem, mengadakan pengkajian strategi dan unsur-unsur pembentuk kurikulum yang meliputi: Guru sebagai kelompok yang terlibat, struktur partisipasi, faktor pembetukan, administator, ahli mata pelajaran, hasil belajar, pengetahuan dan keterampilan, struktur organisasi: satuan pelajaran, program berulang (remidial).
3. Landasan Pengembangan kurikulum
a. Landasan Filosofis
Proses pendidikan berintikan interaksi terutama pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Di dalam interaksi tersebut terlibat isi yang diinteraksikan, serta proses bagaimana interaksi tersebut berlangsung? Apakah yang menjadi tujuan pendidikan? apa isi pendidikan dan bagaimana proses interaksi pendidikan tersebut berlangsung? Hal diatas adalah pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang mendasar yaitu jawaban-jawaban filosofis. 
Filsafat dalam dunia pendidikan berfungsi membahas segala permasalahan yang dihadapi, yang hanya merupakan aplikasi dari pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan masalah pendidikan, menurut Donald Butler filsafat memberikan arah dan metodologi terhadap praktik pendidikan sedang praktik pendidikan memberikan bahan bagi pertimbangan-pertimbangan filosofis, John Dewey juga berpendapat bahwa filsafat pendidikan berarti kehidupan karena pengalaman merupakan sumber dari pengetahuan dan nilai, jadi tujuan pendidikan bersifat aktif untuk berusaha, mencoba, berfikir secara reflektif dengan model problem solving
b. Landasan Psikologi
Manusia diciptakan berbeda maka kondisi psikologi perkembangan, sosial budaya, genetika sangat berbeda satu sama lain, Siswa adalah individu yang dalam tahap perkembangan, seorang pendidik harus mampu membantu perkembangan siswa secara optimal. Interaksi yang tercipta dalam situasi pendidikan harus sesuai dengan kondisi psikologi siswa, sehingga siswa mampu menciptakan cara belajar yang efektif dengan hasil yang maksimal. Jadi dalam penyusunan kurikulum perlu memperhatikan karakteristik anak, perkembangan mental, fisik, emosional-sosial dan membantu mereka dalam tahapan transisi, serta perlu ahli psikologi dalam penyusunan bahan, yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa dengan memperhatikan minat, kemampuan bahasa, konsep diri, dan harga diri.
c. Landasan Sosiologi
Sekolah sebagai lembaga masyarakat yang melaksanakan tugas dantanggung jawab untuk mendidik atau membimbing perkembangan anak, sesuai pendapat Toefer, Beane dan Aliessi mengemukakan 7 pokok gagasan yang perlu dipertimbangan dalam perencanaan kurikulum meliputi: Tekhnologi, status keluarga, lapangan kerja, peranan seks, corak budaya, gaya hidup, transformasi, dalam hal ini penyusunan kurikulum harus mempertimbangkan nilai-nilai yang
ada dalam masyarakat tersebut.
4. Model Kurikulum
Suatu model merupakan pola yang dapat membantu berfikir, dan membuat prosedur yang dapat menjadi pedoman bertindak, beberapa model harus diambil dalam pengembangan kurikulum untuk menuntun langkah-langkah apa yang harus dilakukan. Banyak para ahli kurikulum mengembangkan model yang bentuknya berbeda-beda, tapi bukan berarti model satu lebih baik dengan model yang lain, tetapi model-model tersebut mempunyai kelemahan dan kelebihan sendiri-sendiri, yang lebih penting bagaimana segenap para pelaksana pendidikan mengelola, mengembangkan suatu model yang terbaik baginya.
Berikut adalah suatu model kurikulum yang dikembangkan oleh Hida Taba (Taba.1962:194-342). Dalam setiap model kurikulum mempunyai empat komponen yaitu tujuan, bahan pelajaran, proses belajar-mengajar dan penilaian.
Dalam tiap-tiap komponen kurikulum tersebut harus diperhatikan, karena keempat komponen tersebut saling berhubungan satu sama lain. Menurut  Pemikiran Taba dalam pengembangan suatu kurikulum harus dapat mendorong inovasi dan kreativitas guru-guru yang bersifat induktif. Ada lima langkah pegembangan kurikulum model Taba: Pertama, mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru. Didalam unit-unit eksperimen ini diadakan studi yang saksama tentang hubungan antara teori dengan praktik. Perencanaan didasarkan atas teori yang kuat, dan pelaksanaan eksperimen di dalam kelas menghasilkan data-data yang untuk menguji landasan teori yang digunakan. Ada delapan langkah dalam kegiatan unit eksperimen ini: (a).Mendiaknosis kebutuhan, (b).Merumuskan tujuan-tujuan khusus, (c).Memilih isi, (d).Mengorganisasi isi, (e).Memilih pengalaman belajar, (f).Mengorganisasi pengalaman belajar, (g).Mengevaluasi, (h).Melihat sekuens dan keseimbangan.
Langkah kedua, menguji unit ekperimen. Meskipun unit ekperimen ini sudah diuji dalam pelaksanaan dikelas eksperimen, tetapi masih harus diuji di kelas-kelas lain untuk mengetahui validitas dan kepraktisanya. Langkah ketiga, mengadakan revisi dan konsolidasi. Dari langkah pengujian diperoleh data yang digunakan untuk mengadakan perbaikan atau penyempurnaan, selain itu juga diadakan kegiatan penarikan kesimpulan tentang hal-hal yang bersifat umum yang berlaku dalam lingkungan lebih luas.
Langkah keempat, pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum. Dalam hal ini kurikulum harus dikaji oleh para ahli kurikulum dan ahli profesional sebelum diterapkan yang tujuanya untuk mengetahui apakah konsepkonsep dasar teori dilaksanakan atau tidak. Langkah kelima, Implementasi dan diseminasi, yaitu menerapkan kurikulum yang baru pada sekolah-sekolah yang lebih luas dan di daerah-daerah, perlu ditinjau ulang mengenai masalah yang dihadapai guru-guru dilapangan, kesiapan guru-guru, kelengkapan fasilitas sekolah, alat dan bahan serta biaya yang diperlukan.
Sebenarnya ada banyak model kurikulum yang dikembangkan oleh para ahli pendidikan, memberikan pengetahuan yang dapat kita kembangkan tetapi hal yang paling penting bukan baik dan sempurnanya suatu model pendidikan tetapi bagimana komitmen segenap pihak pelaksanan pendidikan untuk melaksanakan suatu model kurikulum dengan konsisten.
B. Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) merupakan suatu konsep kurikulum yang menekankan pada penggembangan kemampuan melakukan standar/tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Mulyasa. 2003:169). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi, hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiataan belajar-mengajar, serta pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah (Depdiknas, 2004).
Ada 3 pokok landasan teoritis yang mendasari Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) terhadap pembelajaran: pertama pembelajaran yang menekankan kegiatan individu yang membedakan dengan individu Lainya, kedua perlu diupayakan lingkungan belajar yang kondusif dengan media bervariasi, ketiga pemberian waktu yang cukup dalam pengerjaan tugas-tugas. (Mulyasa.2003: 154). Ashan (1981) mengemukakan tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetesi yaitu Penetapan kompetensi, pengembangan strategi, evaluasi yang menggambarkan hasil belajar pada aspek pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap.
Depdiknas (2002) mengemukakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.    Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
2.    Beorietasi pada hasil belajar (Learning outcomes) dan keberagaman.
3.    Penyampaian dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4.    Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainya yang memenuhi syarat edukatif.
5.    Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar, tetapi juga hasil belajar dalam upaya penguasaan dan penyampaian suatu kompetensi.
Ada banyak model pembelajaran yang ditawarkan dalam Kurikulum berbasis kompetensi, berikut beberapa contoh metode pembelajaran dalam KBK :
1. Model pendekatan kontektual/ Contexstual Teaching Learning (CTL)
Adalah suatu model belajar, yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata, siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota kelompok dan masyarakat. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah karena siswa bekerja sendiri dalam mendapat informasi, bukan transfer dari guru, pendekatan ini mempunyai 7 komponen yaitu: kontruktivisme (constructivisme), menemukan (Inquiry), bertanya (Qoestioning), Masyarakat belajar (Learniang community), pemodelan (modeling), refleksi (reflektion), dan penilaian. Sebuah kelas dikatakan menggunakan metode CTL apabila guru mengunakan metode pembelajaran yang mencakup 7 komponen diatas.
2. Model Fortofolio
Adalah suatu model mengajar dengan mengumpulkan hasil karya siswa pelaksanaan tugas yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum. 
Evaluasi adalah aspek yang paling penting dalam setiap pembelajaran, yang gunanya untuk mengetahui perkembangan siswa. Prinsip penilaian dalam kurikulum berbasis kompetensi: (1).Prinsip belajar tuntas, siswa tidak diperbolehkan mengerjakan tugas berikutnya bila belajar sebelumnya belum bisa. (2). Penentuan standar kompetensi.(3). Penilaian berkelajutan. (4). Program remidial. Dalam evaluasi KBK terdapat unsur yang dinilai yaitu aspek kognitif termasuk didalamnya penilaian dalam pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis. Penilaian aspek afektif meliputi sikap, tingkah laku, minat, emosi, motivasi, kerjasama, koordinasi dari sikap siswa. Penilaian aspek psikomotorik dilaksanakan tidak semua pada mata pelajaran, hanya mata pelajaran tertentu yang memerlukan banyak praktek (Depdiknas, 2004). Segala hal yang berkaitan dengan pendidikan nasional haruslah disiapkan dengan baik terutama sarana dan prasarana, dengan demikian pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi sebagai penyempurna kurikulum sebelumnya dapat meningkatkan mutu pendidikan dan menghasilkan lulusan yang berkompeten di bidang masing-masing.

C. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 adalah seperangkat rencana/peraturan yang menekankan pada cara belajar siswa aktif secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara pegetahuan, sikap dan keterampilan (Usman, 1992:17) sesuai penyempurnaan penyesuaian kurikulum 1994 SMU (Suplemen GBPP). Sesuai dengan pendapat G. Stanley Hall bahwa dalam proses belajar-mengajar, anak bukanlah objek didik yang dapat dibentuk sekehendak hati guru tetapi lebih dari itu anak adalah subjek utama dalam rangka penyelenggaraan pendidikan, maka dalam pembelajaran guru diharapkan tidak mentransfer informasi terus menerus tetapi anak diajak untuk berinteraksi dalam proses belajar-mengajar.
Karakteristik kurikulum 1994 yang disebut juga kurikulum cara belajar
siswa aktif (CBSA) adalah sebagai berikut:
1.    Keterlibatan intelektual, emosional siswa dalam proses belajar-mengajar.
2.    Terjadi asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan serta pengalaman langsung terhadap balikan (feedback) dalam pembentukan keterampilan
3.    Penghayatan serta internalisasai nilai-nilai dalam bentuk sikap.
Metode pengajaran dalam kurikulum 1994 yang biasa dilakukan adalah metode diskusi secara berkelompok, metode tanya jawab, serta metode praktikum. Proses evaluasi dilakukan secara menyeluruh pada tiap setengah dan satu semester, yang tujuanya untuk mengetahui perkembangan siswa dalam mencapai hasil belajar menggunakan standar nasional. Kegiatan belajar mengajar pada dasarnya dilakukan untuk mengembangkan kemampuan psikis dan fisik serta kemampuan menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial secara utuh dan juga dilaksanakan kegiatan belajar-mengajar yang mengembangkan kemandirian, sikap bertanggung jawab dalam belajar dan mengemukakan pendapat, berfikir kritis dan teratur, disiplin dan keberanian mengambil keputusan.
Mc Keachie mengemukakan 7 dimensi dalam proses belajar–mengajar dimana sesuai dengan variasi kadar cara belajar siswa aktif (CBSA) yang sesuai dengan kuikulum 1994 sebagai berikut :
1.    Partisipasi siswa dalam menentukan tujuan kegiatan belajar-mengajar
2.    Penekanan pada aspek afektif dalam pengajaran
3.    Partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, terutama yang membentuk interaksi antarsiswa.
4.    Penerimaan guru terhadap perbuatan dan sumbangan siswa yang kurang relevan atau salah.
5.    Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok.
6.    Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan yang penting dalam kegiatan sekolah.
7.    Jumlah waktu yang digunakan untuk menangani masalah pribadi

D. Materi GBPP Mata Pelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas (SMA)
Seperti yang kita tahu bahwa Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum sebagai pembaharu, maka dari itu diharapkan kurikulum ini dapat memberi kotribusi yang positif pada lulusan maupun kualitas pendidikan. Dalam sistem KBK mata pelajaran sejarah SMA yang diajarkan mempunyai standar kompetensi tertentu yang harus dicapai oleh setiap siswa, sehingga siswa diharapkan mempunyai kompetensi dalam pelajaran sejarah, ada 6 standart kompetensi yang harus dikuasai siswa SMA adalah :
1.    Menganalisa prinsip dasar dan perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia.
2.    Menganalisa perjalanan bangsa Indonesia sejak masa Hindu-Budha, Islam sampai dengan pergerakan kebangsaan
3.    Menganalisa perjalanan bangsa Indonesia sejak masa Hindu-Budha, sampai dengan Islam.
4.    Menganalisa perjalanan bangsa Indonesia sejak masuknya bangsa barat sampai pendudukan Jepang
5.    Menganalisa perjalanan bangsa Indonesia sejak pendudukan Jepang, awal kemerdekaan sampai dengan munculnya reformasi.
6.    Menganalisa perkembangan dunia sejak perang dunia II samPai dengan perkembangan mutakhir.
Sistem penilaian untuk kurikulum berbasis kompetensi (KBK) berbeda dengan kurikulum 1994 karena sistem ini menggunakan sistem evaluasi yang didasarkan pada silabus, penilaian pendidikan sejarah dimulai dari Identifikasi, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok dan uraian materi pokok, pengalaman belajar, indikator yang harus dicapai, penilaian dari tugas,dan alokasi waktu yang dibutuhkan.(Depdiknas,2003 :7).
Mata pelajaran sejarah nasional pada kurikulum 1994 dimaksudkan untuk menanamkan pemahaman tentang adanya perkembangan masyarakat masa lampau hingga masa kini, menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta rasa bangga sebagai warga negara Indonesia, dan memperluas wawasan hubungan masyarakat antar bangsa didunia. Bahan kajian sejarah nasional meliputi kehidupan dan perkembangan masyarakat Indonesia dari masa kuno, masa tradisional, dan masa imperialisme, pergerakan Nasional, Proklamasi kemerdekaan sampai dengan masa mengisi kemerdekaan, bahan kajian untuk sejarah umum mencakup perkembangan baru bangsa-bangsa Asia, Eropa, Amerika sampai dengan perang dunia kedua, proses perubahan dan kecenderungan pembentukan tata kehidupan dunia baru dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. (Depdikbud. 1993: 16)

E. Proses Belajar Mengajar
1. Pengertian
Proses belajar mengajar merupakan inti dari pendidikan, Proses pendidikan adalah interaksi semua komponen yang terdapat dalam sistem belajar mengajar, sedang belajar adalah perubahah tingkat laku yang terjadi pada individu, sebagai akibat proses interaksi dengan individu lain atau dengan lingkungan. Mengajar yaitu suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungan dengan anak didik, dan materi pengajaran yang menimbulkan proses belajar, jadi dapat dipahami bahwa proses belajar mengajar adalah proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi educatif (Penanaman nilai) untuk mencapai tujuan tertentu. (Usman,Uzer. 1992 : 1). Bruce Joyce dan Marshal Wheil menambahkan bahwa proses belajar mengajar berintikan: (1). Proses penyampaian informasi, (2). Perkembangan pribadi, (3). Interaksi sosial, (4).
Modifikasi tingkah laku (Joyce& Wheil,1980), semua komponen diatas saling berkaitan satu sama lain. Dalam proses ini guru maupun siswa harus aktif sebagai usaha berinteraksi, guru bertugas sebagai contoh atau demonstrator ilmu yang dimiliki, sebagai pengelola kelas agar tercipta suasana belajar yang kondusif, guru sebagai mediator, fasilitator dan evaluator, sedang murid harus aktif berpartisipasi dalam semua aspek secara fisik, mental, intelektual sehingga akan memperoleh hasil belajar keterpaduan antara kognitif, afektif dan psikomotorik.
2. Metode Mengajar
Metode adalah suatu cara yag digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan metode pengajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran (Bahri dan Aswan,2002). Maka sebelum pengajaran dimulai sebaiknya guru harus melakukan perencanaan pengajaran untuk menentukan tujuan, metode pengajaran agar proses belajar mengajar dapat terjadi secara efektif. Dalam proses belajar mengajar guru sangat memerlukan metode karena metode berperan sebagai alat motivasi ekstrinsik artinya metode berfungsi sebagai perangsang dari luar yang dapat membangkitkan minat belajar siswa,  maka dalam pengajaran diharapkan guru menggunakan metode mengajar yang bervariasi yang gunanya untuk menarik perhatian siswa dan tidak bosan dalam proses belajar mengajar, tetapi dalam pemilihan media guru harus menyesuaikan dengan tujuan pengajaran yang akan dicapai, kondisi psikologi anak, keadaan dan situasi sekolah, serta tingkat profesionalis guru.
Sebagai guru yang profesional, harus benar-benar kompeten dalam pemilihan metode dan media yang tepat bagi pengajaran, karena hal ini menyangkut keberhasilan pengajaran. Berikut macam-macam metode pengajaran yang bisa digunakan dalam proses pengajaran yaitu:
a. Metode tugas dan resitasi  dalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu, agar siswa melakukan kegiatan belajar, kelebihan metode ini lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar, mengembangkan kemandirian siswa, membina tanggung jawab, disiplin siswa. Kelemahan menggunakan metode ini kegiatan siswa sulit dikontrol sehingga ada siswa yang aktif dan tidak aktif.
b. Metode diskusi: adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang berupa pernyataan atau pertayaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama, kelebihannya merangsang kreatifitas siswa untuk berpendapat, mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain, memperluas wawasan, kelemahanya bila tidak dikontrol pembahasanya kadang menyimpang, siswa mendapat informasi terbatas.
c. Metode sosiodrama atau roleplaying: adalah kegiatan mendramatisir tingkah laku dalam hubungan dengan masalah sosial, tujuanya agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain, belajar bertanggung jawab, mengambil keputusan. Kelebihanya siswa dapat memahami, menghayati cerita secara keseluruhan isi cerita secara keseluruhan untuk materi yang diperankan, siswa berlatih berimajinasi dan berkreasi, memupuk bakat, kerjasama. Kelemahanya banyak menghabiskan waktu.
d. Metode karya wisata: adalah suatu cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar siswa kesuatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari dan menyelidiki sesuatu. Kelebihanya memanfaatkan lingkungan yang nyata dalam pengajaran, kekuranganya perlu biaya mahal dan perencanaan matang.
e. Metode tanya jawab adalah cara mengajar dengan melaksanakan tanya jawab tentang materi yang telah disampaikan. Kelebihanya menarik dan memusatkan perhatian siswa, siswa mudah menerima informasi. Kelemahanya dalam siswa tertentu saja yang aktif menjawab sehingga materi tidak dapat diterima semua.
f. Metode problem solving adalah suatu metode berfikir dalam memecahkan masalah dengan menggunakan metode penelitian dimulai dari pengumpulan data sampai menarik kesimpulan. Kelebihanya membuat metode pendidikan lebih relevan, membiasakan siswa terampil dalam memecahkan masalah, merangsang perkembangan kemampuan berfikir siswa, siswa menjadi kreatif, kekurangan metode ini perlu waktu lama, dan ketelitian.
g. Metode ceramah adalah metode mengajar yang klasik, merupakan cara mengajar dimana guru menyampaikan materi dengan menjelaskan pokok bahasan, kelebihanya siswa mudah menerima informasi, guru mudah menguasai kelas. Kelemahanya, siswa tidak diaktifkan, proses belajar mengajar terkadang membosankan.



F. Media Pengajaran
Media pengajaran adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan/informasi, yang disampaikan guru kepada murid guna mencapai tujuan pembelajaran (Bahri&Aswan, 2002:101). Dalam proses belajar mengajar, guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi karena bersifat verbal, sedang siswa sulit untuk memahami materi karena materi sifatnya yang abtrak.
Maka dalam proses pembelajaran guru memerlukan alat bantu untuk menyampaikan informasi agar pemahaman siswa tidak abtrak. Media mempunyai beberapa fungsi dalam pengajaran yaitu: sebagai alat bantu penyampaian materi yang bersifat verbal dalam pengertian siswa sehingga menjadi pengertian yang nyata, siswa mudah memahami materi dengan bantuan media, sebagai sumber materi disamping siswa memahami materi, juga memperkaya wawasan/pengetahuan memperoleh keterampilan dalam menjalankan atau membuat media, media juga bisa menarik perhatian siswa dalam belajar dengan gambar, grafik, media audio visual akan merangsang stimulus belajar dan meminimal kebosanan dalam belajar. Guru juga harus berkompeten dalam memilih media yang tepat bagi siswa dengan memperhatikan psikologi siswa, dan biaya yang digunakan.
Macam-macam media pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran :
1.    Media Auditif adalah media yang mengandalkan kemampuan suara, seperti radio, cassette recorder.
2.    Medial Visual adalah media yang mengandalkan penglihatan seperti film strip(film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar, lukisan, cetakan, OHP
3.    Media Audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar misalnya televisi, VCD, CD, komputer.
4.    Media benda adalah media yang mempunyai unsur 3 dimensi, contohnya patung, maket, mahluk hidup.
Faktor-faktor yang diperhatikan dalam memilih media pengajaran :
a.    Objektifitas adalah guru tidak boleh memilih suatu media pengajaran atas kesenangan pribadi tetapi harus berdasarkan materi dan penelitian.
b.    Program pengajaran maksudnya media harus sesuai dengan programpengajaran kurikulum yang berlaku.
c.    Sasaran program, media yang disiapkan harus sesuai dengan kemampuan, cara berfikir dan imajinasi, kebutuhan serta tingkat perkembangan anak didik.
d.    Keefektifan dan efisien penggunaan berkenaan dengan media harus efektif dalam penyampaian informasi, efisien dalam penggunaan waktu, biaya yang dikeluarkan, sesuai materi yang dibahas.(Bahri dan Zein,1995 : 145).

G. Evaluasi Pengajaran
1. Pengertian evaluasi pengajaran
Evaluasi adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasilnya. (Anas,1998:2). Evaluasi merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh menganalisa dan menafsirkan tentang proses dan hasil yang dilaksanakan secara sistematik dan bermakna dalam pengambilan keputusan.(Kurikulum,1995: 33) Kegiatan evaluasi sangat penting dalam pendidikan karena evaluasi adalah tolak ukur keberhasilan dalam pengajaran, fungsi evaluasi antara lain: untuk mengetahui taraf kesiapan siswa dalam mengikuti materi pelajaran, untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang dicapai dalam proses belajar mengajar, untuk menemukan kelemahan-kelemahan yang terdapat pada materi, metode pengajaran, media dan juga tujuan pengajaran. Untuk mengetahui perkembangan siswa, sebagai pengukur dan penilaian kurikulum yang berlaku, sebagai layanan bimbingan konseling siswa, sebagai informasi berkenaan dengan seleksi untuk memilih program-program tertentu/untuk menemukan bibbit unggul (wayan & Sunarta,1986 :3 ).
2. Prinsip Evaluasi Pengajaran
Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi dalam melakukan evaluasi :
a. Prinsip komprehensip dan keseluruhan
Evaluasi harus meliputi keseluruhan aspek pribadi siswa yang meliputi aspek pengetahuan atau penguasaan materi (kognitif), aspek kecakapan keterampilan (psikomotorik), aspek sikap dan mental (afektif).
b. Prinsip kesinambungan
Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus karena proses pendidikan dan pengajaran berlangsung secara berkesinambungan.
c. Prinsip Obektifitas
Kegiatan mengevaluasi siswa dengan apa adanya, kebanyakan guru cenderung subjektif dalam menilai siswa karena faktor emosi manusia, sehingga hal tersebut harus disingkirkan (Nursid,1980:125). Syarat-syarat evaluasi yang harus dipenuhi dalam rangka melaksanakan proses penilaian yang baik:
a)    Valid apabila evaluasi mengukur apa yang sebenarnya di ukur.
b)    Keterandalan adalah alat evaluasi yang sama dilakukan kelompok siswa yang sama beberapa kali dilakukan dalam waktu dan situasi yang berbeda hasilnya tetap sama.
c)    Objektifitas dan praktis bila evaluasi dilakukan tanpa kepentingan pribadi, evaluasi praktis dilaksanakan.
d)    Seimbang, alat evaluasi yang dilaksanakan seimbang dengan bahan, tingkat kesukaran dan tujuan pokok-pokok bahasan.
e)    Norma, evaluasi yang dilakukan ada ukuran norma yang dijadikan patokan untuk menjelaskan hasil evaluasi.
f)    Fair, mengungkapkan persoalan-persoalan dengan wajar/tidak menjebak.
3. Bentuk dan Tipe Test
Tipe test yang biasa digunakan dalam dunia pendidikan yaitu test lisan dan tulisan. Test tulisan, juga dapat dibedakan antara bentuk esai (essay test )dan bentuk objektif, selanjutnya, test ditinjau dari tipenya dapat digolongkan kedalam tipe-tipe berikut: (1). Tipe salah-benar (true-false), (2) Tipe mengisi titik yang kosong, (3) tipe pilihan jamak. Berdasarkan tujuan test dan materi evaluasi dapat dibedakan menjadi 4: test pendahuluan (pre-test) yang dilakukan sebelum program pengajaran dilaksanakan, yang tujuanya untuk mengetahui pengetahan yang digunakan untuk membandingkan dengan pengetahuan sesudahnya, test formatif yaitu test yang dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung tujuanya untuk mengetahui hasil belajar pada akhir unit materi atau bisa disebut post test, test sumatif dilakukan beberapa unit atau program berakhir biasa dilakukan setelah satu semester merupakan penjumlahan keseluruhan program yang telah dilaksanakan dalam rangka proses belajar mengajar.

H. Kerangka Berfikir
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas  dengan performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan siswa berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu, kurikulum ini diterapkan pada tahun 2004 bertujuan untuk menyempurnakan kurikulum 1994, konsep KBK secara keseluruhan berbeda dengan kurikulum 1994. Dari segi konsep materi dalam KBK pada mata pelajaran Sejarah di SMU lebih menekankan tentang konsep dasar ilmu Sejarah sehingga siswa mengetahui lebih dalam tentang ilmu sejarah, sedangkan dalam kurikulum 1994 yang berisi materi tentang perjalanan hidup suatu bangsa baik dalam maupun luar negeri.
Dalam proses belajar mengajar Sejarah dalam KBK lebih variatif, peran guru bukan sebagai penyampai pesan/informasi lagi tetapi sebagai motivator dan evaluator, sedangkan dalam kurikulum 1994 guru berperan sebagai pemain atau objek yang menentukan jalanya proses belajar-mengajar.
Pemanfaatan media dalam pelaksanaan KBK lebih banyak, media menjadi sumber belajar siswa dan melatih kreatifitas, kompetensi, dalam kurikulum 1994 media hanya sebagi alat untuk membantu menyampaikan informasi dari guru. Dari segi evaluasi dalam KBK 2004 sistem evaluasi lebih rinci, karena menggunakan sistem evaluasi dengan 3 aspek penilaian yaitu aspek kognitif (Pengetauan), aspek afektif (Sikap), aspek Psikomotorik (Ketrampilan), dari pada kurikulum 1994 yang lebih mementingkan hasil dari pada proses belajar siswa.
Oleh karena itu agar pelaksanan KBK tidak bernasib sama dengan kurikulum 1994 maka perlu di adakan penelitian dengan membandingkan KBK yang baru berlaku tahun 2003 dengan kurikulum 1994 sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekuranganya yang berimbas pada peningkatan kualitas pengajaran Sejarah.

I. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan sementara yang bersumber dari khasnah pengetahuan ilmiah yang telah ada (Sudjana, 1989:12) Berdasarkan hasilnya, hipotesis dibagi menjadi dua yaitu hipotesis nihil(Ho) dan hipotesis kerja (Ha). Hipotesis nihil (Ho) adalah hipotesisyang menyatakan tidak ada perbedaan/perbandingan antar variabel, sedang hipotesis kerja (Ha) yaitu menyatakan adanya perbedaan/perbandingan antar variabel. Berikut adalah hipotesis dari beberapa vaiabel yang diajukan:
1     Ada perbedaan konsep materi dalam KBK dengan konsep materi dalam kurikulum 1994 pada mata pelajaran Sejarah SMA Negeri 1 Sintang. Jadi hipotesis statistiknya adalah Ho: u1 = u2
2     Ada perbedaan proses belajar mengajar dalam KBK dengan proses belajar mengajar dalam kurikulum 1994 pada mata pelajaran Sejarah SMA Negeri 1 Sintang. Jadi hipotesis statistiknya adalah Ha: u1 = u2
3     Ada perbedaan Pemanfaatan media dalam KBK dengan pemanfaatan media dalam kurikulum 1994 pada mata pelajaran Sejarah SMA Negeri 1 Sintang. Jadi hipotesis statistiknya adalah Ho: u1 = u2
4     Ada perbedaan sistem evaluasi dalam KBK dengan sistem evaluasi dalam kurikulum 1994 pada mata pelajaran Sejarah SMA Negeri 1 Sintang. Jadi hipotesis statistiknya adalah Ha: u1 = u2














BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah tuntunan kerja penelitian untuk memecahkan masalah dengan mengumpulkan data dari lapangan. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriftif Komparatif yaitu penelitian yang mencari jawab secara mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisa  faktor-faktor penyebab terjadinya atau munculnya suatu fenomena (Nazir, 2000). Sesuai dengan masalah dan tujuan yang telah dirumuskan, penelitian ini menggunakan pendekatan eks post fakto yaitu membandingkan perencanaan sampai proses pelaksanaan belajar mengajar disekolah sasaran berdasarkan kurikulum 1994 dan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). 
Jadi penelitian ini berguna untuk menguji hubungan sebab akibat dari penerapan kurikulum berbasis kompetensi yang mengantikan kurikulum 1994 pada Mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Sintang.

A. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua guru SMA Negeri 1 Sintang, yang berjumlah 480. Cara pengambilan sampel untuk penelitian ini dengan menggunakan teknik proposional sampling, karena responden telah ditentukan, hanya meneliti guru yang mengajar mata pelajaran sejarah.


 
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi, dan digunakan dalam penelitian. Yang dimaksud variabel dalam penelitian adalah:
1)    Konsep materi mata pelajaran Sejarah dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan kurikulum 1994.
2)    Pelaksanaan proses belajar mengajar dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan kurikulum 1994.
3)    Pemanfaatan media dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan kurikulum 1994.
4)    Sistem evaluasi dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan kurikulum 1994.

C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Metode Observasi/ Pengamatan
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan ini dilakukan pada guru dan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung, sehingga pengamat dapat menyelidiki secara langsung, pengamat dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi.(Rachman,1999:72)
2. Metode wawancara
Dalam penelitian ini, pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara yang bertujuan untuk mendapatkan data-data yang diperoleh melalui kuesonier dan mengumpulkan data-data pendukung lewat interviewu, dimana peneliti bebas menanyakan apa saja yang berkaitan dengan konsep materi, proses belajar mengajar, pemanfaatan media maupun sistem evaluasi dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan kurikulum 1994.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau sarana untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen sebagai berikut:
1. Kuesioner
Alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis dijawab secara tertulis pula oleh responden yang jawabanya sudah ditentukan oleh peneliti. Kuesioner dimaksudkan untuk memperolehs informasi tentang diri responden atau tentang informasi tentang orang lain. (Rachman.1999:85)
2. Pedoman Wawancara
Alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk menjawab secara lisan pula. Dalam melakukan wawancara terjadi kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dengan sumber informasi. Untuk memperoleh informasi yang tepat dan objektif maka interviewer harus mampu menciptakan suasana dimana responden nyaman, sehingga responden merasakan keakraban dan sikap simpatik, kebebasan dalam berbicara.
(Rahcman.1999:83)
3. Daftar Cek/ Check List
Merupakan alat pencatatan data dengan menggunakan sebuah daftar yang memuat tentang kemungkinan gejala-gejala yang terjadi dan menjadi objek pengamatan. (Rahcman,1999:78).

E. Validitas
Untuk mengetahui ketepatan intrumen dalam pengumpulan data, maka perlu diukur validitasnya. Menurut Sudjana (1989:117), bahwa validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas penelitian ini meliputi :
1. Validitas isi
Validitas isi menunjukan pada sejauh mana instrumen tersebut mencerminkan kesesuaian antara kurikulum, GBPP dengan butir-butir soal yang diukur. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas apabila terdapat kesesuaian antara pokok bahasan atau permasalahan, tujuan umum, tujuan khusus yang disajikan dengan alat ukur yang digunakan untuk mengukur (Dewanto,1995:143).
2. Validitas Kontruk
Validitas kontruk adalah kesesuaian antara gagasan dengan butir-butir ujian atau ulangan. Untuk validitas konstruk digunakan rumus sebagai berikut:

  (Guilford,1978 : 331)
Keterangan:
rpq   = validitas butir instrumen penelitian
p     = bagian
t      = total
q     = t-p
st    = SD total
sp    = SD bagian
3. Reliabilitas
Reliabilitas adalah keajegan butir-butir soal yang diperagakan. Cara mengukurnya dengan rumus sebagai berikut:
      (Guilford, 1978:427)
Keterangan:
n     = banyaknya item tes
p     = bagian
q     = 1-p

F. Teknik Analisis Data
Untuk menyelesaikan penelitian ini dan sekaligus memperoleh
jawaban dari permasalahan-permasalahan yang ada, maka dapat digunakan
rumus t-test sebagai berikut :
Keterangan:
 (Dewanto, Tarsis. 1995)
kriteria pengujian data adalah : terima hipotesis nol (Ho) jika harga t hitung > t tabel dengan db (n1 – 1)
Berdasarkan rumus diatas dapat diperhatikan bahwa, bila harga t hitung lebih besar dari pada t tabel untuk db 22, dengan taraf singnifikan 5% sebesar 2,074 (t h < tt), maka Ho diterima. Sebaliknya apabila t hitung lebih kecil dari pada t tabel dengan taraf singnifikan 5%, dengan db = 22, sebesar 2.074 (th > tt) maka Ho ditolak.










DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1993. Kurikulum Sekolah Menengah Umum Landasan Program dan Pengembangan
Depdiknas. 2000. Penyempurnaan Penyesuaian Kurikulum 1994 SMU (Suplemen GBPP) Jakarta
Dewanto. 1994. Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press.
Dewanto, Tarsis Tarmudji. 1995. Metode Statistika. Yogyakarta: Liberty
Dirjen. 2003. Kurikulum 2004 SMA, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian mapel IPS Sejarah. Jakarta : DepDikNas Press . 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Sejarah SMA. Jakarta: Depdiknas
Djamarah, Syaiful. Bahkri dan Zain Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.
E, Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karakteristik dan Implementasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Kaber, Achasius. 1988. Pengembangan Kurikulum. Jakarta : Depdikbud Dirjen PTPPLP
Nasution. S. 1993. Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Citra Aditya Bakri
Nurgiyantoro. Burhan . 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, Yokyakarta : BPFE
Sukmadinata.Syaodih.Nana.1998. Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sudijono. Anas. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raya Gafindo Persada.


Usman. Uzer. Mohamad.1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar