BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan
merupakan masalah penting dan perlu mendapat perhatian, untuk mempersiapkan
kualitas sumber daya manusia, oleh karena itu harus ditangani sebaik-baiknya.
Sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional, seperti dirumuskan dalam
Undang-Undang Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, disebutkan bahwa untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis, bertanggung jawab.
(Bab II. pasal 3. Sisdiknas 2003). Salah satu upaya meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia adalah dengan melakukan penyesuaian kurikulum sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
|
1. Kondisi Fisik Siswa dan Guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1
Sintang
Letak
sekolah rata-rata strategis mudah dijangkau oleh siswa, guru dan karyawan, jauh
dari keramaian sehingga tidak menggangu proses belajar mengajar, bidang sarana
dan prasarana SMA Negeri 1 Sintang sudah memadai, setiap sekolah memiliki
perpustakaan, laboratorium, ruang Bimbingan Konseling (BK), ruang tata usaha,
ruang komputer, tempat ibadat. Jumlah guru di Kabupaten Rembang sudah cukup
memadai, secara kualitasnya sudah memenuhi standar profesionalitas sebagai
pengajar.
2. Kesiapan Melaksanakan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Dengan
diterapkanya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) oleh pemerintah ditahun 2004,
diharapkan standar pendidikan Indonesia dapat berkualitas dan menghasilkan
lulusan yang mempunyai kompetensi tertentu, dalam menghadapi persaingan dunia
kerja. Pada dasarnya setiap perubahan akan membawa dampak, dengan perubahan
kurikulum ditahun 2004, harus diantisipasi dan dipahami oleh berbagai pihak
karena akan berpengaruh pada proses dan hasil pendidikan yang akan dicapai,
dalam menghadapi perubahan tersebut yang perlu disiapkan adalah komponen
sekolah itu sendiri. Yaitu kepala sekolah dan guru sebagai pelaksana pendidikan
harus mempuyai kualifikasi tertentu, karena merekalah menentukan baik buruknya
komponen dan dimensi sekolah, guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan
dengan pengetahuan dan profesionalitas keahlianya, karena guru yang
melaksanakan fungsi kurikulum dengan terlibatlangsung dalam proses
belajar-mengajar, kepala sekolah harus mampu mengorganisasi sekolah secara
bijak dan profesional. Maka guru dan kepala sekolah perlu dibekali secara
mendalam mengenai konsep KBK, dengan pelatiahan khusus dan penataran, disamping
penyediaan sarana dan prasarana sekolah yang mendukung bagi pembelajaran.
Dalam
menyiapkan diri menghadapi penerapan Kurikulum 2004, guru dan kepala sekolah
perlu memperhatikan tiga komponen utama sebagai berikut: (1) merumuskan standar
kompetensi yang capai, (2) merumuskan silabus, program pembelajaran, hasil
belajar dan kriteria penilaian, (3) Perencanaan persiapan mengajar dan media
yang digunakan (Mulyasa, 2004 : 5). Hal-hal yang perlu disiapkan sekolah dalam
persiapan dan pelaksanaan KBK :
a. Menciptakan lingkungan yang kondusif yang ditunjang dengan
berbagai sarana-prasarana.
b. Mengembangkan fasilitas dan sumber belajar sendiri.
c. Mendisiplinkan siswa.
d. Mengembangkan kemandirian dan kemampuan kepala sekolah dalam
mengorganisasi sekolah.
e. Mengubah paradigma/pola pikir guru yang berorientasi pada hasil.
f. Memperdayakan tenaga kependidikan dalam manajemen sekolah.
(Mulyasa.2004 : 32).
Dalam
rangka kesiapan sekolah melaksanakan KBK, hendakanya sekolah mampu
mengembangkan berbagai potensi siswa secara optimal.
3. Perbandingan Kurikulum 1994 Dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK)
Sesuai
kebijakan pemerintah yang menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
bertujuan untuk menyempurnakan kurikulum 1994, maka implementasi KBK perlu
dipahami dan diperhatikan agar pelaksanaannya tidak mengalami kesalahan yang
sama dengan kurikulum sebelumnya. Dari segi tujuan kurikulum 1994 lebih
menekankan penguasaan ilmu pengetahuan, analitis, sistesis, sesuai bidang ilmu
masing-masing. Sedang kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menekankan pada
pemahaman, kemampuan atau kompetensi tertentu yang dimiliki siswa disekolah,
yang berkaitan dengan pekerjaan di masyarakat.
Dari
segi materi mata pelajaran Sejarah, dalam kurikulum 1994 materi di maksudkan
untuk menumbuhkan rasa bangga dan cinta tanah air, sehigga materi difokuskan
pada perjalanan hidup masyarakat masa lampau sampai sekarang nasional maupun
dunia. Sedang dalam KBK materi pelajaran Sejarah ditujukan agar siswa memiliki
komptensi untuk berfikir kronologis, memahami nilai/makna Sejarah untuk
menjelaskan perkembangan dan perubahan masyarakat, materi lebih diperdalam
dasar keilmuanya. Dari segi media, dalam kurikulum 1994 media berfungsi sebagai
saran penyampai informasi/menarik perhatian siswa, sedang dalam KBK media
berfungsi sebagai sumber belajar sendiri untuk memperoleh pengalaman,
keterampilan. Dari segi evaluasi, dalam kurikulum 1994 penilaian dilakukan
untuk mencapai standar Nasional, kriteria penilaian tidak dibedakan sehingga
tidak menyentuh aspek kepribadian siswa. Dalam KBK proses evaluasi sangat
penting bentuk penilaian dibedakan antara pengetahuan (kognitif), sikap
(afektif) dan keterampilan (psikomotorik), standar pencapaian kompetensi pada
tingkat lokal, proses evaluasi di sini bertujuan mengembangkan kompetensi siswa
meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap serta minat. Untuk lebih jelasnya
lihat dalam tabel perbandingan kurikulum 1994 dengan kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) sebagai berikut :
Tabel
Perbandingan Kurikulum 1994 dengan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK)
NO
|
PERBANDINGAN
|
KURIKULUM 1994
|
KBK
|
1
|
Tujuan
|
Mementingkan isi dan
materi yang harus dikuasai siswa
|
Mementingkan pemahaman dan
kompetensi yang dimiliki siswa
|
2
|
Materi
|
Di kembangkan tidak
berdasarkan kebutuhan dan kemampuan siswa
|
Lebih diperdalam pokok
dasar materi keilmuanya
|
3
|
Media
|
Sebagai penyampai
informasi
|
Sebagai sumber belajar
sendiri
|
4
|
Evaluasi
|
Standar pencapaian tingkat
nasional, penilaian tidak menyentuh aspek kepribadian siswa
|
Standar tingkat lokal,
yang menekankan proses dan hasil belajar siswa.
|
Dari
masalah serta ketertarikan pada masalah KBK, maka peneliti bermaksud melakukan
penelitian dengan judul: Perbandingan Kualitas Pelaksanan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) dengan Kurikulum 1994 Pada Mata Pelajaran Sejarah Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sintang.
B. Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana perbandingan konsep materi kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) dengan kurikulum 1994 terhadap mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1
Sintang ?
2. Bagaimana perbandingan proses belajar-mengajar kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) dengan kurikulum 1994 pada mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Sintang?
3. Bagaimana perbandingan pemanfaatan media pengajaran kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) dengan kurikulum 1994 pada mata pelajaran Sejarah di SMA
Negeri 1 Sintang?
4.
Bagaimana perbandingan sistem evaluasi dalam
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan kurikulum 1994 pada mata pelajaran
Sejarah di SMA Negeri 1 Sintang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
judul dan permaslahan di atas, maka peneliti dapat merumuskan tujuan penelitian
ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perbandingan konsep materi kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) dengan kurikulum 1994 terhadap mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1
Sintang.
2. Untuk mengetahui perbandingan proses belajar-mengajar kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) dengan kurikulum 1994 pada mata pelajaran Sejarah di SMA
Negeri 1 Sintang.
3. Untuk mengetahui perbandingan pemanfaatan media pengajaran
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan kurikulum 1994 pada mata pelajaran Sejarah
di SMA Negeri 1 Sintang.
4. Untuk mengetahui perbandingan sistem evaluasi pada kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) dengan kurikulum 1994 pada mata pelajaran Sejarah di SMA
Negeri 1 Sintang.
D. Manfaat Penelitian
Dari
penyusunan penelitian ini kami mengharapkan ada sesuatu yang berguna maka dapat
di rumuskan manfaat sebagai berikut:
1. Memberi sumbangan empiris
Dengan
mengetahui proses pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan
membandingkan dengan Kurikulum 1994, maka dapat diketahui kekurangan dan
kelemahan masing-masing kurikulum sehingga sistem pembelajaran sejarah dapat di
tingkatkan dan lebih kontributif terhadap siswa.
2. Manfaat praktis
Berguna
untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti, dalam menerapkan teori
yang pernah di terima di bangku kuliah. Serta bermanfaat bagi guru dan pihak
yang terkait bagi perkembangan dunia pendidikan, sehingga dengan hasil
penelitian ini dapat diketahui kualitas pelaksanaan kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) dengan kurikulum 1994 terhadap pengajaran sejarah, maka
diharapkan dapat membantu guru menentukan strategi belajar yang baik dalam
pengajaran sejarah, sarana prasarana yang memadai, serta alat evaluasi yang
tepat.
BAB II
LANDASAN
TEORI DAN HIPOTESIS
A. Konsep Kurikulum
1. Pengertian dan Fungsi
kurikulum
Pada
dasarnya proses pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta
didik, maka untuk mencapai tujuan tersebut, perlu adanya rancangan pendidikan
yang biasa kita sebut “kurikulum” berbentuk tertulis, sistematis, jelas dan
rinci, serta adanya evaluasi sebagai tolak ukur keberhasilan proses belajar,
pendidik yang berkompeten, sarana dan prasarana sekolah, jadi kurikulum menjadi
syarat mutlak bagi jalannya pendidikan di sekolah atau inti dari rancangan yang
akan diajarkan dan dipelajari dalam sekolah.
Secara
“etimologi” istilah kurikulum berasal dari bahasa Latin yaitu “curiccula”
yang berarti jalan atau perlombaan yang kemudian diadopsi dalam dunia
pendiddikan menjadi jalan, usaha, kegiatan untuk mencapai tujuan pengajaran
(Kaber,1988:3). Sebagian orang tidak tahu tentang konsep kurikulum secara
pasti, karena banyaknya ahli yang berpendapat mengenai definisi kurikulum, bagi
kebanyakan orang kurikulum hanya diartikan sebagai suatu bidang studi. Berikut
beberapa definisi kurikulum, pengertian kurikulum menurut Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional tahun 1989 BAB I pasal I yaitu :
Seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar.(Dakir, 2004: 3)
9
|
Berikut
beberapa pendapat para ahli mengenai definisi kurikulum :
John Dewey (1902): kurikulum adalah pengalaman anak yang direkontruksi
terus menerus menjadi sejumlah pengetahuan yang tujuanya adalah pertumbuhan
(Kaber, 1988 :4)
Dewey
memandang kurikulum sebagai sesuatu yang dinamis dan tujuan utamanya adalah
pertumbuhan individu, selanjutnya Hilda Taba mengemukakan pengertian kurikulum
yang menitik beratkan pada alat dan bahan yaitu:
Hilda taba (1962) : suatu kurikulum tersusun dari unsur-unsur tujuan, seleksi
dan organisasi bahan, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi (Kaber, 1988 :5)
Definisi
kurikulum selanjutnya menurut Ronald C.Doll yang memandang kurikulum sebagai
hasil atau konsekuensi yang diinginkan dalam pengajaran: Ronald C.Doll
(1978):
kurikulun adalah bahan dan proses baik yang bersifat formal maupun
nonformal dimana anak memperoleh pengetahuan, keterampilan. Sikap dan
nilai-nilai dibawah tanggungjawab sekolah. (Kaber,1988: 4)
Doll
memberikan gambaran yang lengkap mengenai kurikulum yang meliputi bahan, proses
dan hasil serta mementingkan unsur formal maupaun informal.
Berikutnya
David Pratt (1980:4 ) dan Donald F Cay mengemukakan identifikasi rumusan
kurikulum sebagai pengangan yang didapat dari beberapa pendapat yang dikemukakan:
a. Kurikulum
adalah suatu rencana pengalaman belajar untuk anak yang membawa perubahan pada
tingkah laku
b. kurikulum
sebagai kegiatan belajar yang direncanakan yang mementingkan proses belajar
anak, yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan
c. Kurikulum
sebagai perangkat organisasi pendidikan yang menyatukan komponen tujuan, isi,
sistem, dan evaluasi dalam suatu kesatuan yang tidak
terpisahkan.(Nurgiyantoro,1988: 5)
Beberapa
ahli juga menekankan pengertian kurikulum pada peranan murid sebagai subjek
yang aktif dalam belajar konsep yang dikemukakan oleh Beane,
Toeper dan Alenssi sebagai
berikut :
a. Kurikulum
dipandang sebagai produk.
b. Sebagai
program yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
c. Sebagai
kegiatan belajar pengalaman yang bersifat kongkrit dan abstrak yang memusatkan
pada anak sebagai agent masyarakat pewaris dan pemelihara
budaya.(Nugiyantoro,1988)
Pandangan
dan definisi yang berbeda-beda mengenai kurikulum bermanfaat bagi kita, untuk
memperoleh pengetahuan yang lebih dalam tentang arti kurikulum, sehingga dapat menjadi sumber
pengetahuan mengenai kelemahan keunggulan beberapa konsep kurikulum,
mendapatkan suatu perumusan yang sesuai orientasi kita. Dari pengertian diatas
dapat dirumuskan definisi kurikulum sebagai berikut, kurikulum merupakan
seperangkat rencana kegiatan belajar mengajar mengandung komponen tujuan, isi,
strategi, evaluasi yang meliputi seluruh pengalaman anak untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Kurikulum
adalah kegiatan, proses dan prosedur yang harus dilakukan guru dan siswa
sehingga hal yang terencana dapat tercapai tujuanya. Berikut adalah fungsi
kurikulum dalam pengajaran disekolah:
1) Kurikulum memberi arah kepada kegiatan belajar mengajar
2) Kurikulum menyediakan sejumlah bahan pengajaran untuk meningkatkan
kualitas pendidikan
3) Kurikulum memberikan garis-garis besar strategi belajar mengajar
4) Kurikulum merupakan kerangka dasar pelaksanaan pendidikan dan
bersangkut sistem nilai dalam masyarakat
5) Kurikulum mengandung sejumlah keinginan/tuntutan dari masyarakat, pemerintah,
perkembangan zaman
6) Kurikulum merupakan sistem dari berbagai unsur yaitu tujuan,
bahan, kegiatan belajar mengajar dan produk yang berkaitan (Kaber, 1988 : 9)
2.
Teori Kurikulum
Teori
kurikulum merupakan serangkaian konsep pendidikan yang saling berhubungan untuk
menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi (Kaber, 1988:63) fungsi teori ini
untuk menjelaskan, meramalkan kemungkinan baru dan mengadakan analisa kritik
tentang keadaan pendidikan dan dampaknya terhadap masyarakat. Menurut Glatthorn
ada 4 teori kurikulum berdasarkan ranah penyelidikanya :
a. Teori yang berorientasi
pada struktur
Teori
ini berusaha menganalisa komponen-komponen kurikulum dan hubunganya, teori
struktur berlaku pada tingkat makro, mengembangkan konsep global dengan:
merumuskan sistem, konsep, memadukan tujuan dan usaha mencapainya dengan
seluruh proses pengembangan. Banyak faktor yang mempengaruhi kurikulum seperti
kebutuhan golongan yang berkuasa, ekonomi, kebutuhan masyarakat dan subkultur,
sumber pengetahuan, masyarakat ilmiah, sumber agen riset kekuatan-kekuatan ini
berinteraksi dengan minat, nilai, kebutuhan dan sikap badan pengendali.
Pada
tingkat mikro berupa usaha menjelaskan fenomena kurikulum yang terjadi dalam
lembaga sebagai berikut:
1) Bahan mencerminkan hubungan peristiwa, benda, lingkungan
2) Bahan mencerminkan konsep-konsep didunia disusun secara logis dari
sederhana ke hal yang kompleks
3) Bahan yang menyangkut metode problem solving
4) Bahan yang di pertimbangkan berdasarkan psikologi belajar
5) Bahan yang memperhitungkan segi pribadi dan sosial
b. Teori yang berorientasi
pada Nilai
Teori
ini berdasarkan pada analisa nilai, sifatnya kritis, MC Donald mengemukakan
bahwa tujuan pendidikan adalah untuk memperlancar perkembangan Indonesia yang
otonom, mewujudkan dirinya. Pendidikan pada hakekatnya yaitu kontrol, konsensus
emansipasi sebagai sumber nilai. Dengan kontrol, kurikulum dikembangkan
bertolak pada analisis-empiris mata pelajaran (pendidikan disiplin ilmu),
konsensus mementingkan pemecahan masalah sosial dengan kerjasama sedangkan
emansipasi maksudnya kurikulum bersifat problem solving, siswa mempelajari
lingkungan dengan mengambil data, memprosesnya dengan berbagai cara sehingga
siswa diaktifkan.
c. Teori kurikulum Berorientasi
pada bahan
Teori
ini berkaitan dengan pemilihan dan organisasi bahan, yang di pusatkan pada
anak, ahli teori menganggap anak merupakan titik awal penentu kurikulum, maka
perlu dikembangkan perasaan, nilai sosial kognitifnya serta perkembanganya,
kemudian dipusatkan pada masyarakat karena pendidikan berguna memberikan
pengetahuan kepada masyarakat tentang kepincangan dalam sosial kultural, dan
memberi alat untuk mengadakan perubahan.
d. Teori Kurikulum Yang
berorientasi pada proses
Glattrhorn
memberikan analisa terhadap pengembangan kurikulum dengan menitik beratkan pada
proses, mengadakan analisis sistem, mengadakan pengkajian strategi dan
unsur-unsur pembentuk kurikulum yang meliputi: Guru sebagai kelompok yang
terlibat, struktur partisipasi, faktor pembetukan, administator, ahli mata
pelajaran, hasil belajar, pengetahuan dan keterampilan, struktur organisasi:
satuan pelajaran, program berulang (remidial).
3.
Landasan Pengembangan kurikulum
a. Landasan Filosofis
Proses
pendidikan berintikan interaksi terutama pendidik dan peserta didik untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Di dalam interaksi tersebut terlibat isi yang diinteraksikan,
serta proses bagaimana interaksi tersebut berlangsung? Apakah yang menjadi
tujuan pendidikan? apa isi pendidikan dan bagaimana proses interaksi pendidikan
tersebut berlangsung? Hal diatas adalah pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan
jawaban yang mendasar yaitu jawaban-jawaban filosofis.
Filsafat
dalam dunia pendidikan berfungsi membahas segala permasalahan yang dihadapi, yang
hanya merupakan aplikasi dari pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan
masalah pendidikan, menurut Donald Butler filsafat memberikan arah dan
metodologi terhadap praktik pendidikan sedang praktik pendidikan memberikan
bahan bagi pertimbangan-pertimbangan filosofis, John Dewey juga berpendapat
bahwa filsafat pendidikan berarti kehidupan karena pengalaman merupakan sumber
dari pengetahuan dan nilai, jadi tujuan pendidikan bersifat aktif untuk
berusaha, mencoba, berfikir secara reflektif dengan model problem solving
b. Landasan Psikologi
Manusia
diciptakan berbeda maka kondisi psikologi perkembangan, sosial budaya, genetika
sangat berbeda satu sama lain, Siswa adalah individu yang dalam tahap
perkembangan, seorang pendidik harus mampu membantu perkembangan siswa secara
optimal. Interaksi yang tercipta dalam situasi pendidikan harus sesuai dengan
kondisi psikologi siswa, sehingga siswa mampu menciptakan cara belajar yang
efektif dengan hasil yang maksimal. Jadi dalam penyusunan kurikulum perlu
memperhatikan karakteristik anak, perkembangan mental, fisik, emosional-sosial
dan membantu mereka dalam tahapan transisi, serta perlu ahli psikologi dalam
penyusunan bahan, yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa dengan memperhatikan
minat, kemampuan bahasa, konsep diri, dan harga diri.
c. Landasan Sosiologi
Sekolah
sebagai lembaga masyarakat yang melaksanakan tugas dantanggung jawab untuk
mendidik atau membimbing perkembangan anak, sesuai pendapat Toefer, Beane dan
Aliessi mengemukakan 7 pokok gagasan yang perlu dipertimbangan dalam
perencanaan kurikulum meliputi: Tekhnologi, status keluarga, lapangan kerja,
peranan seks, corak budaya, gaya hidup, transformasi, dalam hal ini penyusunan
kurikulum harus mempertimbangkan nilai-nilai yang
ada dalam masyarakat
tersebut.
4. Model Kurikulum
Suatu
model merupakan pola yang dapat membantu berfikir, dan membuat prosedur yang
dapat menjadi pedoman bertindak, beberapa model harus diambil dalam
pengembangan kurikulum untuk menuntun langkah-langkah apa yang harus dilakukan.
Banyak para ahli kurikulum mengembangkan model yang bentuknya berbeda-beda,
tapi bukan berarti model satu lebih baik dengan model yang lain, tetapi
model-model tersebut mempunyai kelemahan dan kelebihan sendiri-sendiri, yang
lebih penting bagaimana segenap para pelaksana pendidikan mengelola,
mengembangkan suatu model yang terbaik baginya.
Berikut
adalah suatu model kurikulum yang dikembangkan oleh Hida Taba
(Taba.1962:194-342). Dalam setiap model kurikulum mempunyai empat komponen
yaitu tujuan, bahan pelajaran, proses belajar-mengajar dan penilaian.
Dalam
tiap-tiap komponen kurikulum tersebut harus diperhatikan, karena keempat komponen
tersebut saling berhubungan satu sama lain. Menurut Pemikiran Taba dalam pengembangan suatu
kurikulum harus dapat mendorong inovasi dan kreativitas guru-guru yang bersifat
induktif. Ada lima langkah pegembangan kurikulum model Taba: Pertama, mengadakan
unit-unit eksperimen bersama guru-guru. Didalam unit-unit eksperimen ini
diadakan studi yang saksama tentang hubungan antara teori dengan praktik.
Perencanaan didasarkan atas teori yang kuat, dan pelaksanaan eksperimen di
dalam kelas menghasilkan data-data yang untuk menguji landasan teori yang
digunakan. Ada delapan langkah dalam kegiatan unit eksperimen ini:
(a).Mendiaknosis kebutuhan, (b).Merumuskan tujuan-tujuan khusus, (c).Memilih
isi, (d).Mengorganisasi isi, (e).Memilih pengalaman belajar, (f).Mengorganisasi
pengalaman belajar, (g).Mengevaluasi, (h).Melihat sekuens dan keseimbangan.
Langkah
kedua, menguji unit ekperimen. Meskipun unit ekperimen ini sudah diuji
dalam pelaksanaan dikelas eksperimen, tetapi masih harus diuji di kelas-kelas
lain untuk mengetahui validitas dan kepraktisanya. Langkah ketiga, mengadakan
revisi dan konsolidasi. Dari langkah pengujian diperoleh data yang digunakan
untuk mengadakan perbaikan atau penyempurnaan, selain itu juga diadakan
kegiatan penarikan kesimpulan tentang hal-hal yang bersifat umum yang berlaku
dalam lingkungan lebih luas.
Langkah
keempat, pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum. Dalam hal ini
kurikulum harus dikaji oleh para ahli kurikulum dan ahli profesional sebelum
diterapkan yang tujuanya untuk mengetahui apakah konsepkonsep dasar teori
dilaksanakan atau tidak. Langkah kelima, Implementasi dan diseminasi, yaitu
menerapkan kurikulum yang baru pada sekolah-sekolah yang lebih luas dan di
daerah-daerah, perlu ditinjau ulang mengenai masalah yang dihadapai guru-guru
dilapangan, kesiapan guru-guru, kelengkapan fasilitas sekolah, alat dan bahan
serta biaya yang diperlukan.
Sebenarnya
ada banyak model kurikulum yang dikembangkan oleh para ahli pendidikan,
memberikan pengetahuan yang dapat kita kembangkan tetapi hal yang paling
penting bukan baik dan sempurnanya suatu model pendidikan tetapi bagimana
komitmen segenap pihak pelaksanan pendidikan untuk melaksanakan suatu model
kurikulum dengan konsisten.
B. Kurikulum Berbasis
Kompetensi
Kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) merupakan suatu konsep kurikulum yang menekankan pada
penggembangan kemampuan melakukan standar/tugas-tugas dengan standar performasi
tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Mulyasa. 2003:169).
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah seperangkat rencana dan pengaturan
tentang kompetensi, hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian,
kegiataan belajar-mengajar, serta pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam
pengembangan kurikulum sekolah (Depdiknas, 2004).
Ada
3 pokok landasan teoritis yang mendasari Kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
terhadap pembelajaran: pertama pembelajaran yang menekankan kegiatan individu
yang membedakan dengan individu Lainya, kedua perlu diupayakan lingkungan
belajar yang kondusif dengan media bervariasi, ketiga pemberian waktu yang
cukup dalam pengerjaan tugas-tugas. (Mulyasa.2003: 154). Ashan (1981)
mengemukakan tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum
berbasis kompetesi yaitu Penetapan kompetensi, pengembangan strategi, evaluasi
yang menggambarkan hasil belajar pada aspek pengetahuan, keterampilan, nilai
dan sikap.
Depdiknas
(2002) mengemukakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal.
2. Beorietasi pada hasil belajar (Learning outcomes) dan
keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainya
yang memenuhi syarat edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar, tetapi juga
hasil belajar dalam upaya penguasaan dan penyampaian suatu kompetensi.
Ada
banyak model pembelajaran yang ditawarkan dalam Kurikulum berbasis kompetensi,
berikut beberapa contoh metode pembelajaran dalam KBK :
1. Model pendekatan
kontektual/ Contexstual Teaching Learning (CTL)
Adalah
suatu model belajar, yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata, siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan
mereka sebagai anggota kelompok dan masyarakat. Proses pembelajaran berlangsung
secara alamiah karena siswa bekerja sendiri dalam mendapat informasi, bukan
transfer dari guru, pendekatan ini mempunyai 7 komponen yaitu: kontruktivisme (constructivisme),
menemukan (Inquiry), bertanya (Qoestioning), Masyarakat belajar (Learniang
community), pemodelan (modeling), refleksi (reflektion), dan
penilaian. Sebuah kelas dikatakan menggunakan metode CTL apabila guru
mengunakan metode pembelajaran yang mencakup 7 komponen diatas.
2. Model Fortofolio
Adalah
suatu model mengajar dengan mengumpulkan hasil karya siswa pelaksanaan tugas
yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa, sebagai bagian dari usaha mencapai
tujuan belajar atau mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum.
Evaluasi
adalah aspek yang paling penting dalam setiap pembelajaran, yang gunanya untuk
mengetahui perkembangan siswa. Prinsip penilaian dalam kurikulum berbasis
kompetensi: (1).Prinsip belajar tuntas, siswa tidak diperbolehkan mengerjakan
tugas berikutnya bila belajar sebelumnya belum bisa. (2). Penentuan standar
kompetensi.(3). Penilaian berkelajutan. (4). Program remidial. Dalam evaluasi
KBK terdapat unsur yang dinilai yaitu aspek kognitif termasuk didalamnya
penilaian dalam pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis. Penilaian
aspek afektif meliputi sikap, tingkah laku, minat, emosi, motivasi, kerjasama,
koordinasi dari sikap siswa. Penilaian aspek psikomotorik dilaksanakan tidak
semua pada mata pelajaran, hanya mata pelajaran tertentu yang memerlukan banyak
praktek (Depdiknas, 2004). Segala hal yang berkaitan dengan pendidikan nasional
haruslah disiapkan dengan baik terutama sarana dan prasarana, dengan demikian
pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi sebagai penyempurna kurikulum
sebelumnya dapat meningkatkan mutu pendidikan dan menghasilkan lulusan yang
berkompeten di bidang masing-masing.
C. Kurikulum 1994
Kurikulum
1994 adalah seperangkat rencana/peraturan yang menekankan pada cara belajar
siswa aktif secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna memperoleh
hasil belajar yang berupa perpaduan antara pegetahuan, sikap dan keterampilan
(Usman, 1992:17) sesuai penyempurnaan penyesuaian kurikulum 1994 SMU (Suplemen
GBPP). Sesuai dengan pendapat G. Stanley Hall bahwa dalam proses
belajar-mengajar, anak bukanlah objek didik yang dapat dibentuk sekehendak hati
guru tetapi lebih dari itu anak adalah subjek utama dalam rangka penyelenggaraan
pendidikan, maka dalam pembelajaran guru diharapkan tidak mentransfer informasi
terus menerus tetapi anak diajak untuk berinteraksi dalam proses
belajar-mengajar.
Karakteristik
kurikulum 1994 yang disebut juga kurikulum cara belajar
siswa aktif (CBSA) adalah
sebagai berikut:
1. Keterlibatan intelektual, emosional siswa dalam proses
belajar-mengajar.
2. Terjadi asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian
pengetahuan, perbuatan serta pengalaman langsung terhadap balikan (feedback)
dalam pembentukan keterampilan
3. Penghayatan serta internalisasai nilai-nilai dalam bentuk sikap.
Metode
pengajaran dalam kurikulum 1994 yang biasa dilakukan adalah metode diskusi
secara berkelompok, metode tanya jawab, serta metode praktikum. Proses evaluasi
dilakukan secara menyeluruh pada tiap setengah dan satu semester, yang tujuanya
untuk mengetahui perkembangan siswa dalam mencapai hasil belajar menggunakan
standar nasional. Kegiatan belajar mengajar pada dasarnya dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan psikis dan fisik serta kemampuan menyesuaikan diri
dalam kehidupan sosial secara utuh dan juga dilaksanakan kegiatan
belajar-mengajar yang mengembangkan kemandirian, sikap bertanggung jawab dalam
belajar dan mengemukakan pendapat, berfikir kritis dan teratur, disiplin dan
keberanian mengambil keputusan.
Mc
Keachie mengemukakan 7 dimensi dalam proses belajar–mengajar dimana sesuai
dengan variasi kadar cara belajar siswa aktif (CBSA) yang sesuai dengan
kuikulum 1994 sebagai berikut :
1. Partisipasi siswa dalam menentukan tujuan kegiatan
belajar-mengajar
2. Penekanan pada aspek afektif dalam pengajaran
3. Partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar,
terutama yang membentuk interaksi antarsiswa.
4. Penerimaan guru terhadap perbuatan dan sumbangan siswa yang kurang
relevan atau salah.
5. Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok.
6. Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan
yang penting dalam kegiatan sekolah.
7. Jumlah waktu yang digunakan untuk menangani masalah pribadi
D. Materi GBPP Mata
Pelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas (SMA)
Seperti
yang kita tahu bahwa Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum sebagai
pembaharu, maka dari itu diharapkan kurikulum ini dapat memberi kotribusi yang positif
pada lulusan maupun kualitas pendidikan. Dalam sistem KBK mata pelajaran
sejarah SMA yang diajarkan mempunyai standar kompetensi tertentu yang harus
dicapai oleh setiap siswa, sehingga siswa diharapkan mempunyai kompetensi dalam
pelajaran sejarah, ada 6 standart kompetensi yang harus dikuasai siswa SMA
adalah :
1. Menganalisa prinsip dasar dan perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia.
2. Menganalisa perjalanan bangsa Indonesia sejak masa Hindu-Budha,
Islam sampai dengan pergerakan kebangsaan
3. Menganalisa perjalanan bangsa Indonesia sejak masa Hindu-Budha,
sampai dengan Islam.
4. Menganalisa perjalanan bangsa Indonesia sejak masuknya bangsa
barat sampai pendudukan Jepang
5. Menganalisa perjalanan bangsa Indonesia sejak pendudukan Jepang,
awal kemerdekaan sampai dengan munculnya reformasi.
6. Menganalisa perkembangan dunia sejak perang dunia II samPai dengan
perkembangan mutakhir.
Sistem
penilaian untuk kurikulum berbasis kompetensi (KBK) berbeda dengan kurikulum
1994 karena sistem ini menggunakan sistem evaluasi yang didasarkan pada
silabus, penilaian pendidikan sejarah dimulai dari Identifikasi, standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok dan uraian materi pokok, pengalaman
belajar, indikator yang harus dicapai, penilaian dari tugas,dan alokasi waktu
yang dibutuhkan.(Depdiknas,2003 :7).
Mata
pelajaran sejarah nasional pada kurikulum 1994 dimaksudkan untuk menanamkan
pemahaman tentang adanya perkembangan masyarakat masa lampau hingga masa kini,
menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta rasa bangga sebagai warga
negara Indonesia, dan memperluas wawasan hubungan masyarakat antar bangsa
didunia. Bahan kajian sejarah nasional meliputi kehidupan dan perkembangan
masyarakat Indonesia dari masa kuno, masa tradisional, dan masa imperialisme,
pergerakan Nasional, Proklamasi kemerdekaan sampai dengan masa mengisi
kemerdekaan, bahan kajian untuk sejarah umum mencakup perkembangan baru
bangsa-bangsa Asia, Eropa, Amerika sampai dengan perang dunia kedua, proses
perubahan dan kecenderungan pembentukan tata kehidupan dunia baru dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. (Depdikbud. 1993: 16)
E. Proses Belajar Mengajar
1. Pengertian
Proses
belajar mengajar merupakan inti dari pendidikan, Proses pendidikan adalah
interaksi semua komponen yang terdapat dalam sistem belajar mengajar, sedang
belajar adalah perubahah tingkat laku yang terjadi pada individu, sebagai
akibat proses interaksi dengan individu lain atau dengan lingkungan. Mengajar
yaitu suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungan dengan anak didik,
dan materi pengajaran yang menimbulkan proses belajar, jadi dapat dipahami
bahwa proses belajar mengajar adalah proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
situasi educatif (Penanaman nilai) untuk mencapai tujuan tertentu.
(Usman,Uzer. 1992 : 1). Bruce Joyce dan Marshal Wheil menambahkan bahwa proses
belajar mengajar berintikan: (1). Proses penyampaian informasi, (2).
Perkembangan pribadi, (3). Interaksi sosial, (4).
Modifikasi
tingkah laku (Joyce& Wheil,1980), semua komponen diatas saling berkaitan
satu sama lain. Dalam proses ini guru maupun siswa harus aktif sebagai usaha
berinteraksi, guru bertugas sebagai contoh atau demonstrator ilmu yang dimiliki,
sebagai pengelola kelas agar tercipta suasana belajar yang kondusif, guru
sebagai mediator, fasilitator dan evaluator, sedang murid harus
aktif berpartisipasi dalam semua aspek secara fisik, mental, intelektual
sehingga akan memperoleh hasil belajar keterpaduan antara kognitif, afektif
dan psikomotorik.
2. Metode Mengajar
Metode
adalah suatu cara yag digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
sedangkan metode pengajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan pengajaran (Bahri dan Aswan,2002). Maka sebelum pengajaran dimulai
sebaiknya guru harus melakukan perencanaan pengajaran untuk menentukan tujuan,
metode pengajaran agar proses belajar mengajar dapat terjadi secara efektif.
Dalam proses belajar mengajar guru sangat memerlukan metode karena metode
berperan sebagai alat motivasi ekstrinsik artinya metode berfungsi sebagai
perangsang dari luar yang dapat membangkitkan minat belajar siswa, maka dalam pengajaran diharapkan guru
menggunakan metode mengajar yang bervariasi yang gunanya untuk menarik
perhatian siswa dan tidak bosan dalam proses belajar mengajar, tetapi dalam
pemilihan media guru harus menyesuaikan dengan tujuan pengajaran yang akan
dicapai, kondisi psikologi anak, keadaan dan situasi sekolah, serta tingkat profesionalis
guru.
Sebagai
guru yang profesional, harus benar-benar kompeten dalam pemilihan metode dan
media yang tepat bagi pengajaran, karena hal ini menyangkut keberhasilan
pengajaran. Berikut macam-macam metode pengajaran yang bisa digunakan dalam
proses pengajaran yaitu:
a. Metode tugas dan resitasi dalah
metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu, agar siswa
melakukan kegiatan belajar, kelebihan metode ini lebih merangsang siswa dalam
melakukan aktivitas belajar, mengembangkan kemandirian siswa, membina tanggung
jawab, disiplin siswa. Kelemahan menggunakan metode ini kegiatan siswa sulit
dikontrol sehingga ada siswa yang aktif dan tidak aktif.
b. Metode diskusi: adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa
dihadapkan kepada suatu masalah yang berupa pernyataan atau pertayaan yang
bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama, kelebihannya
merangsang kreatifitas siswa untuk berpendapat, mengembangkan sikap menghargai pendapat
orang lain, memperluas wawasan, kelemahanya bila tidak dikontrol pembahasanya
kadang menyimpang, siswa mendapat informasi terbatas.
c. Metode sosiodrama atau roleplaying: adalah kegiatan
mendramatisir tingkah laku dalam hubungan dengan masalah sosial, tujuanya agar
siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain, belajar bertanggung
jawab, mengambil keputusan. Kelebihanya siswa dapat memahami, menghayati cerita
secara keseluruhan isi cerita secara keseluruhan untuk materi yang diperankan, siswa
berlatih berimajinasi dan berkreasi, memupuk bakat, kerjasama. Kelemahanya
banyak menghabiskan waktu.
d. Metode karya wisata: adalah suatu cara mengajar yang dilaksanakan
dengan mengajar siswa kesuatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari
dan menyelidiki sesuatu. Kelebihanya memanfaatkan lingkungan yang nyata dalam
pengajaran, kekuranganya perlu biaya mahal dan perencanaan matang.
e. Metode tanya jawab adalah cara mengajar dengan melaksanakan tanya
jawab tentang materi yang telah disampaikan. Kelebihanya menarik dan memusatkan
perhatian siswa, siswa mudah menerima informasi. Kelemahanya dalam siswa tertentu
saja yang aktif menjawab sehingga materi tidak dapat diterima semua.
f. Metode problem solving adalah suatu metode berfikir dalam memecahkan
masalah dengan menggunakan metode penelitian dimulai dari pengumpulan data
sampai menarik kesimpulan. Kelebihanya membuat metode pendidikan lebih relevan,
membiasakan siswa terampil dalam memecahkan masalah, merangsang perkembangan
kemampuan berfikir siswa, siswa menjadi kreatif, kekurangan metode ini perlu
waktu lama, dan ketelitian.
g. Metode ceramah adalah metode mengajar yang klasik, merupakan cara mengajar
dimana guru menyampaikan materi dengan menjelaskan pokok bahasan, kelebihanya
siswa mudah menerima informasi, guru mudah menguasai kelas. Kelemahanya, siswa
tidak diaktifkan, proses belajar mengajar terkadang membosankan.
F. Media Pengajaran
Media
pengajaran adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur
pesan/informasi, yang disampaikan guru kepada murid guna mencapai tujuan
pembelajaran (Bahri&Aswan, 2002:101). Dalam proses belajar mengajar, guru
mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi karena bersifat verbal, sedang
siswa sulit untuk memahami materi karena materi sifatnya yang abtrak.
Maka
dalam proses pembelajaran guru memerlukan alat bantu untuk menyampaikan
informasi agar pemahaman siswa tidak abtrak. Media mempunyai beberapa fungsi
dalam pengajaran yaitu: sebagai alat bantu penyampaian materi yang bersifat
verbal dalam pengertian siswa sehingga menjadi pengertian yang nyata, siswa
mudah memahami materi dengan bantuan media, sebagai sumber materi disamping
siswa memahami materi, juga memperkaya wawasan/pengetahuan memperoleh
keterampilan dalam menjalankan atau membuat media, media juga bisa menarik
perhatian siswa dalam belajar dengan gambar, grafik, media audio visual akan
merangsang stimulus belajar dan meminimal kebosanan dalam belajar. Guru
juga harus berkompeten dalam memilih media yang tepat bagi siswa dengan
memperhatikan psikologi siswa, dan biaya yang digunakan.
Macam-macam
media pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran :
1. Media Auditif adalah media yang mengandalkan kemampuan
suara, seperti radio, cassette recorder.
2. Medial Visual adalah media yang mengandalkan penglihatan
seperti film strip(film rangkai), slides (film bingkai), foto,
gambar, lukisan, cetakan, OHP
3. Media Audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara
dan unsur gambar misalnya televisi, VCD, CD, komputer.
4. Media benda adalah media yang mempunyai unsur 3 dimensi, contohnya
patung, maket, mahluk hidup.
Faktor-faktor
yang diperhatikan dalam memilih media pengajaran :
a. Objektifitas adalah guru tidak boleh memilih suatu media
pengajaran atas kesenangan pribadi tetapi harus berdasarkan materi dan
penelitian.
b. Program pengajaran maksudnya media harus sesuai dengan
programpengajaran kurikulum yang berlaku.
c. Sasaran program, media yang disiapkan harus sesuai dengan
kemampuan, cara berfikir dan imajinasi, kebutuhan serta tingkat perkembangan
anak didik.
d. Keefektifan dan efisien penggunaan berkenaan dengan media harus
efektif dalam penyampaian informasi, efisien dalam penggunaan waktu, biaya yang
dikeluarkan, sesuai materi yang dibahas.(Bahri dan Zein,1995 : 145).
G. Evaluasi Pengajaran
1.
Pengertian evaluasi pengajaran
Evaluasi
adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat
diketahui mutu atau hasilnya. (Anas,1998:2). Evaluasi merupakan serangkaian
kegiatan untuk memperoleh menganalisa dan menafsirkan tentang proses dan hasil
yang dilaksanakan secara sistematik dan bermakna dalam pengambilan
keputusan.(Kurikulum,1995: 33) Kegiatan evaluasi sangat penting dalam
pendidikan karena evaluasi adalah tolak ukur keberhasilan dalam pengajaran,
fungsi evaluasi antara lain: untuk mengetahui taraf kesiapan siswa dalam
mengikuti materi pelajaran, untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang dicapai
dalam proses belajar mengajar, untuk menemukan kelemahan-kelemahan yang
terdapat pada materi, metode pengajaran, media dan juga tujuan pengajaran.
Untuk mengetahui perkembangan siswa, sebagai pengukur dan penilaian kurikulum
yang berlaku, sebagai layanan bimbingan konseling siswa, sebagai informasi
berkenaan dengan seleksi untuk memilih program-program tertentu/untuk menemukan
bibbit unggul (wayan & Sunarta,1986 :3 ).
2.
Prinsip Evaluasi Pengajaran
Prinsip-prinsip
yang harus dipenuhi dalam melakukan evaluasi :
a. Prinsip komprehensip dan
keseluruhan
Evaluasi
harus meliputi keseluruhan aspek pribadi siswa yang meliputi aspek pengetahuan
atau penguasaan materi (kognitif), aspek kecakapan keterampilan (psikomotorik),
aspek sikap dan mental (afektif).
b. Prinsip kesinambungan
Evaluasi
harus dilakukan secara terus menerus karena proses pendidikan dan pengajaran
berlangsung secara berkesinambungan.
c. Prinsip Obektifitas
Kegiatan
mengevaluasi siswa dengan apa adanya, kebanyakan guru cenderung subjektif dalam
menilai siswa karena faktor emosi manusia, sehingga hal tersebut harus
disingkirkan (Nursid,1980:125). Syarat-syarat evaluasi yang harus dipenuhi
dalam rangka melaksanakan proses penilaian yang baik:
a) Valid apabila evaluasi mengukur apa yang sebenarnya di ukur.
b) Keterandalan adalah alat evaluasi yang sama dilakukan kelompok
siswa yang sama beberapa kali dilakukan dalam waktu dan situasi yang berbeda
hasilnya tetap sama.
c) Objektifitas dan praktis bila evaluasi dilakukan tanpa kepentingan
pribadi, evaluasi praktis dilaksanakan.
d) Seimbang, alat evaluasi yang dilaksanakan seimbang dengan bahan,
tingkat kesukaran dan tujuan pokok-pokok bahasan.
e) Norma, evaluasi yang dilakukan ada ukuran norma yang dijadikan
patokan untuk menjelaskan hasil evaluasi.
f) Fair, mengungkapkan persoalan-persoalan dengan wajar/tidak
menjebak.
3. Bentuk dan Tipe Test
Tipe
test yang biasa digunakan dalam dunia pendidikan yaitu test lisan dan tulisan.
Test tulisan, juga dapat dibedakan antara bentuk esai (essay test )dan bentuk
objektif, selanjutnya, test ditinjau dari tipenya dapat digolongkan kedalam tipe-tipe
berikut: (1). Tipe salah-benar (true-false), (2) Tipe mengisi titik yang
kosong, (3) tipe pilihan jamak. Berdasarkan tujuan test dan materi evaluasi
dapat dibedakan menjadi 4: test pendahuluan (pre-test) yang dilakukan
sebelum program pengajaran dilaksanakan, yang tujuanya untuk mengetahui pengetahan
yang digunakan untuk membandingkan dengan pengetahuan sesudahnya, test formatif
yaitu test yang dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung
tujuanya untuk mengetahui hasil belajar pada akhir unit materi atau bisa
disebut post test, test sumatif dilakukan beberapa unit atau program berakhir biasa
dilakukan setelah satu semester merupakan penjumlahan keseluruhan program yang
telah dilaksanakan dalam rangka proses belajar mengajar.
H. Kerangka Berfikir
Kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) adalah suatu konsep kurikulum yang menekankan pada
pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas
dengan performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan siswa
berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu, kurikulum ini
diterapkan pada tahun 2004 bertujuan untuk menyempurnakan kurikulum 1994,
konsep KBK secara keseluruhan berbeda dengan kurikulum 1994. Dari segi konsep
materi dalam KBK pada mata pelajaran Sejarah di SMU lebih menekankan tentang
konsep dasar ilmu Sejarah sehingga siswa mengetahui lebih dalam tentang ilmu
sejarah, sedangkan dalam kurikulum 1994 yang berisi materi tentang perjalanan
hidup suatu bangsa baik dalam maupun luar negeri.
Dalam
proses belajar mengajar Sejarah dalam KBK lebih variatif, peran guru bukan
sebagai penyampai pesan/informasi lagi tetapi sebagai motivator dan evaluator,
sedangkan dalam kurikulum 1994 guru berperan sebagai pemain atau objek yang
menentukan jalanya proses belajar-mengajar.
Pemanfaatan
media dalam pelaksanaan KBK lebih banyak, media menjadi sumber belajar siswa
dan melatih kreatifitas, kompetensi, dalam kurikulum 1994 media hanya sebagi
alat untuk membantu menyampaikan informasi dari guru. Dari segi evaluasi dalam
KBK 2004 sistem evaluasi lebih rinci, karena menggunakan sistem evaluasi dengan
3 aspek penilaian yaitu aspek kognitif (Pengetauan), aspek afektif (Sikap),
aspek Psikomotorik (Ketrampilan), dari pada kurikulum 1994 yang lebih
mementingkan hasil dari pada proses belajar siswa.
Oleh
karena itu agar pelaksanan KBK tidak bernasib sama dengan kurikulum 1994 maka
perlu di adakan penelitian dengan membandingkan KBK yang baru berlaku tahun
2003 dengan kurikulum 1994 sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekuranganya
yang berimbas pada peningkatan kualitas pengajaran Sejarah.
I. Hipotesis
Hipotesis
merupakan jawaban sementara atau dugaan sementara yang bersumber dari khasnah
pengetahuan ilmiah yang telah ada (Sudjana, 1989:12) Berdasarkan hasilnya,
hipotesis dibagi menjadi dua yaitu hipotesis nihil(Ho) dan hipotesis kerja
(Ha). Hipotesis nihil (Ho) adalah hipotesisyang menyatakan tidak ada
perbedaan/perbandingan antar variabel, sedang hipotesis kerja (Ha) yaitu menyatakan
adanya perbedaan/perbandingan antar variabel. Berikut adalah hipotesis dari
beberapa vaiabel yang diajukan:
1 Ada perbedaan konsep materi dalam KBK dengan konsep materi dalam kurikulum
1994 pada mata pelajaran Sejarah SMA Negeri 1 Sintang. Jadi hipotesis
statistiknya adalah Ho: u1 = u2
2 Ada perbedaan proses belajar mengajar dalam KBK dengan proses
belajar mengajar dalam kurikulum 1994 pada mata pelajaran Sejarah SMA Negeri 1
Sintang. Jadi hipotesis statistiknya adalah Ha: u1 = u2
3 Ada perbedaan Pemanfaatan media dalam KBK dengan pemanfaatan
media dalam kurikulum 1994 pada mata pelajaran Sejarah SMA Negeri 1 Sintang.
Jadi hipotesis statistiknya adalah Ho: u1 = u2
4 Ada perbedaan sistem evaluasi dalam KBK dengan sistem evaluasi
dalam kurikulum 1994 pada mata pelajaran Sejarah SMA Negeri 1 Sintang. Jadi
hipotesis statistiknya adalah Ha: u1 = u2
BAB III
METODE
PENELITIAN
Metode
penelitian adalah tuntunan kerja penelitian untuk memecahkan masalah dengan
mengumpulkan data dari lapangan. Dalam penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriftif Komparatif yaitu penelitian yang mencari jawab secara
mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya atau
munculnya suatu fenomena (Nazir, 2000). Sesuai dengan masalah dan tujuan yang
telah dirumuskan, penelitian ini menggunakan pendekatan eks post fakto yaitu
membandingkan perencanaan sampai proses pelaksanaan belajar mengajar disekolah
sasaran berdasarkan kurikulum 1994 dan kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
Jadi
penelitian ini berguna untuk menguji hubungan sebab akibat dari penerapan
kurikulum berbasis kompetensi yang mengantikan kurikulum 1994 pada Mata
pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Sintang.
A. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini yang
menjadi populasi adalah semua guru SMA Negeri 1 Sintang, yang berjumlah 480.
Cara pengambilan sampel untuk penelitian ini dengan menggunakan teknik
proposional sampling, karena responden telah ditentukan, hanya meneliti guru
yang mengajar mata pelajaran sejarah.
|
B. Variabel Penelitian
Variabel
adalah konsep yang mempunyai variasi, dan digunakan dalam penelitian. Yang
dimaksud variabel dalam penelitian adalah:
1) Konsep materi mata pelajaran Sejarah dalam kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) dan kurikulum 1994.
2) Pelaksanaan proses belajar mengajar dalam kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) dan kurikulum 1994.
3) Pemanfaatan media dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan kurikulum
1994.
4) Sistem evaluasi dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan kurikulum
1994.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Metode Observasi/
Pengamatan
Metode
observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala
yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan ini dilakukan pada guru dan siswa
pada saat proses belajar mengajar berlangsung, sehingga pengamat dapat
menyelidiki secara langsung, pengamat dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang
terjadi.(Rachman,1999:72)
2. Metode wawancara
Dalam
penelitian ini, pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara yang
bertujuan untuk mendapatkan data-data yang diperoleh melalui kuesonier dan
mengumpulkan data-data pendukung lewat interviewu, dimana peneliti bebas
menanyakan apa saja yang berkaitan dengan konsep materi, proses belajar
mengajar, pemanfaatan media maupun sistem evaluasi dalam kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) dan kurikulum 1994.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen
penelitian adalah alat atau sarana untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan
dalam penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen sebagai berikut:
1. Kuesioner
Alat
pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis
dijawab secara tertulis pula oleh responden yang jawabanya sudah ditentukan
oleh peneliti. Kuesioner dimaksudkan untuk memperolehs informasi tentang diri
responden atau tentang informasi tentang orang lain. (Rachman.1999:85)
2. Pedoman Wawancara
Alat
pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan
untuk menjawab secara lisan pula. Dalam melakukan wawancara terjadi kontak
langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dengan sumber informasi.
Untuk memperoleh informasi yang tepat dan objektif maka interviewer harus mampu
menciptakan suasana dimana responden nyaman, sehingga responden merasakan keakraban
dan sikap simpatik, kebebasan dalam berbicara.
(Rahcman.1999:83)
3. Daftar Cek/ Check List
Merupakan
alat pencatatan data dengan menggunakan sebuah daftar yang memuat tentang
kemungkinan gejala-gejala yang terjadi dan menjadi objek pengamatan.
(Rahcman,1999:78).
E. Validitas
Untuk
mengetahui ketepatan intrumen dalam pengumpulan data, maka perlu diukur
validitasnya. Menurut Sudjana (1989:117), bahwa validitas berkenaan dengan
ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga betul-betul mengukur
apa yang seharusnya diukur. Validitas penelitian ini meliputi :
1. Validitas isi
Validitas
isi menunjukan pada sejauh mana instrumen tersebut mencerminkan kesesuaian
antara kurikulum, GBPP dengan butir-butir soal yang diukur. Sebuah tes
dikatakan memiliki validitas apabila terdapat kesesuaian antara pokok bahasan
atau permasalahan, tujuan umum, tujuan khusus yang disajikan dengan alat ukur
yang digunakan untuk mengukur (Dewanto,1995:143).
2. Validitas Kontruk
Validitas
kontruk adalah kesesuaian antara gagasan dengan butir-butir ujian atau ulangan.
Untuk validitas konstruk digunakan rumus sebagai berikut:
(Guilford,1978 : 331)
Keterangan:
rpq
= validitas butir instrumen penelitian
p
= bagian
t
= total
q
= t-p
st
= SD total
sp = SD bagian
3. Reliabilitas
Reliabilitas
adalah keajegan butir-butir soal yang diperagakan. Cara mengukurnya dengan
rumus sebagai berikut:
(Guilford, 1978:427)
Keterangan:
n = banyaknya item tes
p = bagian
q = 1-p
F. Teknik Analisis Data
Untuk menyelesaikan
penelitian ini dan sekaligus memperoleh
jawaban dari
permasalahan-permasalahan yang ada, maka dapat digunakan
rumus t-test sebagai berikut
:
Keterangan:
(Dewanto, Tarsis. 1995)
kriteria pengujian data
adalah : terima hipotesis nol (Ho) jika harga t hitung > t tabel dengan db
(n1 – 1)
Berdasarkan
rumus diatas dapat diperhatikan bahwa, bila harga t hitung lebih besar dari
pada t tabel untuk db 22, dengan taraf singnifikan 5% sebesar 2,074 (t h <
tt), maka Ho diterima. Sebaliknya apabila t hitung lebih kecil dari pada t
tabel dengan taraf singnifikan 5%, dengan db = 22, sebesar 2.074 (th > tt)
maka Ho ditolak.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1993. Kurikulum Sekolah Menengah Umum Landasan Program
dan Pengembangan
Depdiknas. 2000. Penyempurnaan Penyesuaian Kurikulum 1994 SMU
(Suplemen GBPP) Jakarta
Dewanto. 1994. Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Semarang:
IKIP Semarang Press.
Dewanto, Tarsis Tarmudji. 1995. Metode Statistika. Yogyakarta:
Liberty
Dirjen. 2003. Kurikulum 2004 SMA, Pedoman Khusus Pengembangan
Silabus dan Penilaian mapel IPS Sejarah. Jakarta : DepDikNas Press .
2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Sejarah SMA.
Jakarta: Depdiknas
Djamarah, Syaiful. Bahkri dan Zain Aswan. 2002. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.
E, Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karakteristik
dan Implementasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Kaber, Achasius. 1988. Pengembangan Kurikulum. Jakarta :
Depdikbud Dirjen PTPPLP
Nasution. S. 1993. Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Citra
Aditya Bakri
Nurgiyantoro. Burhan . 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum
Sekolah, Yokyakarta : BPFE
Sukmadinata.Syaodih.Nana.1998. Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sudijono. Anas. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT
Raya Gafindo Persada.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar