Minggu, 06 Juli 2014

Historiografi Tradisional : Perang Samber Nyawa



Perang Samber Nyawa
Historiografi Tradisional
Penulisan sejarah tradisional adalah penulisan sejarah yang dimulai dari zaman Hindu sampai masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Penulisan sejarah pada jaman ini berpusat pada masalah-masalah pemerintahan dari raja-raja yang berkuasa, bersifat istana sentris yang mengutamakan keinginan dan kepentingan raja.
Contoh-contoh historiografi tradisional di antaranya ialah : sejarah Melayu, hikayat raja-raja Pasai, hikayat Aceh, Babad Tanah Jawi, Babad Pajajaran, Babad Majapahit, Babad Kartasura dan masih banyak lagi.
Adapun ciri-ciri dari historiografi tradisonal adalah sebagai berikut.
1) Religio sentris, artinya segala sesuatu dipusatkan pada raja atau keluarga raja (keluarga istana), maka sering juga disebut istana sentris atau keluarga sentris atau dinasti sentris.
2) Bersifat feodalistis-aristokratis, artinya yang dibicarakan hanyalah kehidupan kaum bangsawan feodal, tidak ada sifat kerakyatannya. Historiografi tersebut tidak memuat riwayat kehidupan rakyat, tidak membicarakan segi-segi sosial dan ekonomi dari kehidupan rakyat.
3) Religio magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal yang gaib.
4) Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan hal-hal yang nyata.
5) Tujuan penulisan sejarah tradisional untuk menghormati dan meninggikan kedudukan raja, dan nama raja, serta wibawa raja; agar supaya raja tetap dihormati, tetap dipatuhi, tetap dijunjung tinggi. Oleh karena itu banyak mitos, bahwa raja sangat sakti, raja sebagai penjelmaan/titisan dewa, apa yang dikatakan raja serba benar, sehingga ada ungkapan "sadba pandita ratu datan kena wowawali" (apa yang diucapkan raja tidak boleh berubah, sebab raja segalanya). Dalam konsep kepercayaan Hindu bahwa raja adalah "mandataris dewa", sehingga segala ucapan dan tindakannya adalah benar.
6) Bersifat regio-sentris (kedaerahan), maka historiografi tradisional banyak dipengaruhi daerah, misalnya oleh cerita-cerita gaib atau cerita-cerita dewa di daerah tersebut.
7) Raja atau pemimpin dianggap mempunyai kekuatan gaib dan kharisma (bertuah, sakti). 
Untuk menarik pendapat tentang hostotiografi tradisional saya mengambil sumber yang berjudul Perang Samber Nyawa. Dimana dari beberapa peristiwa ini  merupakan kejadian yang sampai sekarang masih menjadi pandangan masyarakat misalnya dengan peristiwa geger pacinan ini terjadi masih dalam peperangan terhadap Belanda akhirnya kerajaan Mataram bertempat di Solo, disebut Suakarta.
Dalam Perang Samber Nyawa ini mengisahkan Kerajaan Raden Masahid terhadap pemberontakan yag saya jelaskan di atas termasuk dalam historiografi tradisional karena masuk dalam peristiwa kerajaan yang menyangkut dalam cerita rakyat yang masih berpikir bahwa kejadian-kejadian yang membuat seseorang celaka itu mitos dan masyarakat masih menggunakan tradisi tahayul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar