Sejarah Kerajaan Selimbau Darussalam
A.
Asal Mula Kerajaan Selimbau
Berdasarkan
dokumen yag disimpan Donald P. Tick dari Vlaardingen Nederland di Belanda bahwa
cikal bakal Kerajaan Selimbau sekarang adalah sebuah kerajaan kecil yang
bernama Palembang, dan terletak 2 Km dari Selimbau sekarang.
Kerajaan
Palembang didirikan oleh Abang Bhindu yang bergelar Guntur Baju Bindu Kulit
Lambai Lalu. Beliau mempunyai permaisuri yang bernama Dayang Haji Melayu
bergelar Putri Sri Batara. Perkawinan mereka menurunkan seorang putra yang
bernama Abang Aji Lidi. Raja Abang Aji Lidi menurunkan Raja-raja negeri
Palembang. Selanjutnya kerajaan dipindahkan ke Sungai Terus oleh Pangeran Suta
Muhammad Jalaludin dan menjadi Kerajaan Islam. Kerajaan Islam ini diberi nama
Kerajaan Selimbau atau Selimbau yang berasal dari bahasa Arab Salim berarti
Selamat dan kata Nabau yang berarti Ular Naga Besar, dan juga berasal dari kata
Penimbau yang berarti tempat pembuatan kapal. Kerajaan Selimbau mengalami zaman
keemasan setelah berdiri di Muara Sungai Terus. Meskipun Kerajaan Selimbau
selalu mendapat rongrongan dari sebelah Utara Serawak dan sebelah barat Sintang
namun Kerajaan ini tetap bertahan dan berdiri hingga tahun 1917M. Raja terakhir
Magkat dan hilanglah Sejarah Raja-raja Selimbau berjumlah 24 Turunan yang
dimulai dari Sejarah Raja-raja di Negeri Palembang atau kini disebut Temawang
Ala’. Sampai hari ini Selimbau masih produktif membuat kapal-kapal kayu yang
disebut kapal bandung dan kapal bandung ini masih tetap berlayar menyusuri
Sungai Kapuas hingga sampai Pontianak.
B.
Sejarah Singkat Kerajaan Selimbau
Legenda
Perahu Tingkung Tekakak merupakan legenda yang terjadi di Zaman Kerajaan
Selimbau Hindu yang berada pada masa pengaruh Kerajaan Majapahit. Adapun Agama
Islam masuk ke Selimbau Hindu diperkirakan terjadi pada Abad ke-15 Masehi, akan
tetapi belum bisa menembus pengaruh Hindu yang sudah di anut oleh masyarakat
selama seratus tahun, baru ada masa pemerintahan Pangeran Kunjan Jaya
Mangkunegara (Raja Selimbau). Perlahan tapi pasti Agama Islam mulai di anut
oleh segala lapisan masyarakat dan kasta-kasta yang membedakan manusia yang
terjadi dalam Agama Hindu otomatis hilang bersama leburnya Agama Hindu. Rakyat
merasa dihargai.
Pada
masa Pemerintahan Pangeran Suta Jalaludin, sebuah kelompok kecil di bawah
pimpinan Abang Kawan di kirimkan ke Mempawah untuk melakukan Studi Banding,
Mempawah pada masa itu di kuasai oleh Opu Daeng Manambon. Selanjutnya ekspedisi
kedua terjadi pada masa Raden Sutanegara belajar Ilmu Tauhid kepada Syeh Habib
Al-Husin Al-Qadri. Konon ceritanya bahwa Syeh Habib Al-Husin Al-Qadri masih
keturunan Nabi Muhammad SAW banyak kerajaan lain yang berguru pada beliau. Dari
sinilah permulaan hubungan kekeluargaan antara kerajaan Selimbau, Mempawah, dan
Pontianak, Raden Sutanegara di beri Baju Jubah Masturi berwarna Hijau Daun
Delima oleh Habib Al-Husin Al-Qadri.
Berkat
bantuan Kerajaan Mempawah dan Pontianak, Kerajaan Selimbau dengan pesatnya
tumbuh menjadi kerajaan yang kuat dan disegani. Pada tahun 1775 didirikanlah
sebuah Masjid yang cukup besar di Selimbau untuk mengantikan Masjid pertama
yang sangat tua dan sederhana sekali, Arsitektur Masjid ini membentuk Limas.
Kemudian pada tanggal 15 November 1823 Belanda datang ke Selimbau dan mengakui
kedaulatan Kerajaan Selimbau sebagai penguasa Tanah Negeri Kapuas Hulu dari
Negeri Silat. Peraturan Pemerintah di atur dan disepakati bersama-sama di dalam
rapat Mentri-mentri Kerajaan.
Setelah
mendapat pengakuan kedaulatan dari Belanda maka Kerajaan Selimbau memperluas
kerajaan dengan mengangkat Abang Berita yang kemudian diberi gelar Raden Suta
untuk mendirikan negeri baru yang bernama Nanga Bunut. Atas restu dari Pangeran
Suma yang menjadi Raja Selimbau pada masa itu maka berdirilah Negeri Nanga
Bunut. Beberapa waktu kemudian tanggal 15 Desember 1947 Pangeran Muhammad Abbas
Suryanegara mendapat pengakuan kedaulatan dari Belanda untuk memimpin Tanah
Kapuas Hulu, dari Hulu Negeri Silat. Pada masa inilah terjadi peperangan yang
paling dahsyat di Kapuas Hulu. Kerajaan Sintang melakukan penyerangan ke
Kerajaan Selimbau tahun 1838 untuk menaklukan Selimbau, dan Selimbau melakukan
penyerangan balik dengan bantuan Suku Kayan, Taman, Punan, Bukat, Kantuk, Iban
Embaloh, Pengaki, Mayan, Suhaid, Embau, Buntu, dan Undup. Akibat dari
penyerangan itu Sintang kehilangan wilayahnya yang bernama Seberuang dan
Kerajaan Silat yang bersekutu dengan Kerajaan Sintang juga ikut menanggung
akibat perang tersebut.
Pada
tanggal 27 Maret 1855, Belanda menandatangani kontrak kerja dengan Panembahan
H. Muhammad Abbas Suryanegara dan mengakui kedaulatan Kerajaan Selimbau atas
Tanah Kapuas Hulu.
Pada
tahun 1862 didirikanlah Masjid Jami’ di Selimbau dengan bentuk meniru cakup
Masjid Demak. Pada masa ini terjadi pengislaman oleh Baginda Panembahan H.
Gusti Muhammad Abbas Suryanegara terhadap Suku Pengaki, Embau, Pengkadan,
Bebuwak Limbang, Embaloh, Suruk (Tanjung Buaya), Sungai Boyan, dan Kalis serta Suhaid.
Pada
tanggal 28 Februari 1882 Masehi. Panembahan Haji Muda Agung Pakunegara Selimbau
mendapat pengakuan kedaulatan sebagai Raja Selimbau yang ke-23 dari
Pemerintahan Belanda di Betawi. Pada masa inilah didirikan bangunan-bangunan
yang indah di Selimbau seperti Istana Agung Nur Mahkota, Balai Sidang Pertemuan
Bertingkat Dua, Paseban Agung Keputren, Pesanggarahan Balai Perangin di Mungguk
Batu, panggung Bangsawan dan Kompleks Makam Kubah Bercungkup Tiga Buah. Pada
masa ini hidup penyair terkenal yang bernama Maharaja Hatib Sri Kusuma yang
menjabat sebagai Mentri Kerajaan Selimbau. Beliaulah yang banyak menyalin
kitab-kitab dari Negeri Siak Indrapura dan beliau jugalah yang mengarang
Syair-syair Emas Sisilah Raja-raja Negeri Selimbau 23 Keturunan. Di Zaman
Pemerintahan Panemabahan Haji Muda Agung Pakunegara ini telah terjalin hubungan
dengan Raja Serawak, Brunei, Siak Indrapura, Cirebon, Surakarta, dan Arab
Saudi. Pada masa ini Emabu didirikan Kerajaan Baru yang bernama Kerajaan
Jongkong dengan mengangkat Abang Sulaiman sebagai Raja di Jongkong atas restu
Panembahan Selimbau.
Ketika
baginda wafat, diangkatlah Pengeran Haji Muda Indra Sri Negara Muhammad Yunus
sebagai Raja Pemangku, akan tetapi beberapa tahun kemudian beliau wafat, mati
disambar Buaya di Paseban Agung ketika
sedang berwudhu, panjang buaya tersebut sekitar 12 meter dan merupakan Buaya
Siluman suruhan orang.
Selanjutnya
pemerintahan diganti oleh Panembahan H. Gusti Muhammad Usman dengan penobatan
dari Pemerintah Belanda. Pada masa ini rakyat dikenai pajak yang tinggi dari
kerajaan yang disebabkan tekanan dari Belanda. Beberapa kerajaan mengadakan
pemberontakan seperti Bunut dan lain-lain. Pemerintahan tersebut berakhir
dengan mangkatnya Sang Raja pada tahun 1925. Pada masa itu terjadi perpecahan
didalam dan diluar Kerajaan Selimbau. Pada zaman Panembahan Usman terjadi
peristiwa orang Warga Negara Mekah ke Kerajaan Selimbau untuk meminta
perlindungan karena hendak dibunuh oleh Kaum Wahabi di Mekah. Pemegang Kunci
Ka’bah ini bernama Habib Hamzah yang lari membawa Kunci Makam Nabi Muhammad SAW
seberah 0,5 kg Emas , akhirnya Habib ini kawin di Selimbau dan wafat di
Selimbau di makamkan di tepi Sungai Mensebut Selimbau.
C.
Silsilah Raja-raja yang Memerintah Kerajaan Selimbau Darussalam
No
|
Nama
|
Tahun
Berkuasa
|
1
|
Raja Abang Bhindu
Bergelar Guntur Baju Bindu
Kilat Lambai Lalu
|
600 M
|
2
|
Raja Abang Lidi
Bergelar Kyai Aji Lidi
|
600 – 650 M
|
3
|
Raja Abang Tedung I
Bergelar Kyai Tedung
|
650 – 710 M
|
4
|
Raja Abang Jamal Megah Sari
Bergelar Kyai Megat Sari
|
710 -780 M
|
5
|
Raja Abang Upak
Bergelar Kyai Pati Agung Nata
|
780 – 850 M
|
6
|
Raja Abang Bujang
Bergelar Kyai Natasari
|
850 – 920 M
|
7
|
Raja Abang Amal
|
920 – 980 M
|
8
|
Raja Abang Tela
Bergelar Kyai Agung Jaya
|
980 – 1040 M
|
9
|
Raja Abang Para
Bergelar Kyai Ira (Kyai Wira)
|
1040 – 1100 M
|
10
|
Raja Abang Gunung
Bergelar Kyai Agung
|
1100 – 1150 M
|
11
|
Raja Abang Tedung II
Bergelar Kyai Suryanata
|
1150 – 1200 M
|
12
|
Raja Abang Idin
Bergelar Kyai Agung Seri
|
1200 – 1250 M
|
13
|
Raja Abang Tajak
Bergelar Kyai Suradila Sri
Pakunegara
|
1250 – 1280 M
|
14
|
Ratu Dayang Payung
Bergelar Ratu Suryanegera
|
1280 – 1300 M
|
15
|
Raja Abang Kina
Bergelar Kyai Agung Natanegara
|
1300 – 1380 M
|
16
|
Raja Abang Keladi
Bergelar Kyai Agung Cakra
Negara
|
1380 – 1435 M
|
17
|
Raja Abang Sasap
Bergelar Kyai Agung Kusuma
Negara
|
1435 – 1490 M
|
18
|
Raja Abang Tela II
Bergelar Kyai Pati Setia
Negara
|
1490 – 1590 M
|
19
|
Pangeran Kujan
Bergelar Pangeran Jaya
Mangkunegara
|
1590 – 1640 M
|
20
|
Pangeran Muhammad Jalaludin
Bergelar Pangeran Suta Kusuma
|
1640 – 1680 M
|
21
|
Abang Muhammad Mahidin
Bergelar Raden Suta Negara
|
1680 – 1730 M
|
22
|
Panembahan Haji Gusti Muhammad
Abbas Suryanegara
|
1730 – 1800 M
|
23
|
Panembahan Haji Muda Agung
Pakunegara Gusti Muhammad Saleh
|
1800 – 1840 M
|
24
|
Pangeran Haji Muda Indra Sri Negara
|
1840 – 1880 M
|
25
|
Panembahan Gusti Muhammad
Usman
|
1880 – 1925 M
|
D.
Peninggalan-peninggalan Sejarah Kerajaan Selimbau
1) Istana Selimbau
Lokasi
Istana Selimbau berada di tepian Sungai Terus yang bermuara ke Sungai Kapuas.
Lebih kurang 200 meter dari muara sungai
di sebelah Barat Sungai Terus dapat kita temui Masjid Jami’ Istana
Selimbau yang hingga kini masih berfungsi dan telah mengalami renofasi pada
beberapa bagian fisik bangunannya. Di utara masjid adalah letak lokasi Istana
Selimbau yang sekarang tinggal beberapa kolom tiang yang hanya tiang bendera
yang masih berdiri tegak.
2) Masjid Jami’
Masjid
ini didirikan pada 1862, di Selimbau yang meniru bentuk cakup Masjid Demak.
Pada masa inilah terjadi pengislaman oleh Baginda Panembahan H. Gusti Muhammad
Abbas Surya Negara terhadap Suku Pengaki, Embau, Pengkadan, Bebuwak Limbang,
Embaloh, Suruk (Tanjung Buaya), Sungai Boyan, dan Kalis serta Suhaid.
3) Makam
Makam
tua, dan makam Kyai Patih Jaya Negara, berada di Temawang.
4) Temawang
Sebuah
tanjung yang terletak disebelah hulu Kota Selimbau sebelah kiri mudik Sungai
Kapuas, kurang lebih dua jam menggunakan perahu terdapatlah suatu tempat
Temawang, karena di tempat itu ada sebuah betang panjang yang hangus terbakar
sampai ke puting tiang, ini terjadi karena peperangan antar suku karena mereka
kalah dalam peperangan itu maka diberilah nama Temawah Alah.
5) Lentap Senandung
Terdapat
di belakang Betang Panjang ini terbentang lahan persawahan yag cukup subur yang
diberi nama Lentap Senandung, hal ini
membuktikan bahwa mereka bekerja sebagai petani di samping juga menangkap ikan.
6) Danau Selimbau
Setelah mendapat pemukiman yang baru cukup lama maka
ditemukanlah satu tempat yang cukup aman yaitu Danau Selimbau, danau ini
terletak sebelah barat Kota Selimbau kurang lebih satu tanjung sebelah kanan
milir dari kota Selmbau. Bertahun-tahun mereka berada di sini karena merasa
situasi sudah cukup aman maka mereka mencoba membuat perahu dan mungkinlah ini
yang diartikan Penimbau. Setelah perahu mereka dapat dipergunakan dengan baik
maka mulailah mereka membuat pemukiman yag baru yang kelak kenal diantara
Sungai Markadung dan Sungai Terus dan di apit oleh Sungai Kerinan Bandung.
Tempat ini memang strategis terutama bagi lalu lintas. Disinilah mereka menetap
dan membuat perkampungan baru yang kelak diberi nama Selimbau.
Sip.... mintarela long dah melestarikan silsilah kita
BalasHapusAssalamualaikum wr, wb.
BalasHapusSaya sangat setuju dan sangat bergembira sekali dgn adanya masyarakat yg peduli dgn peninggalan situs dan cagar budaya yg ada di daerah kita.
Untuk itu perlu pengembangan dan memajukan yg sekian lama sudah vakum atas peninggalan diketahui akan keberadaannya.
Saya berharap kepada masyarakat dan Pemerintah KKH memiliki pemikiran agar marwah yg selama ini vakum bisa dieksiskan kembali seperti jaman dahulu walaupun tidak berbentuk kepemimpinan Kerajaan namun bisa eksis dg kelembagaan yg besar akan berfungsi dan bermanfaat asasnya utuk rakyat KKH dan khususnya daerah yg ada peninggalan situs budaya.
Untuk pengembangan komentar saya dan harap bisa masyarakat yg membaca sejarah ini bisa ke depan kita wacanakan aplikasi yg sifatnya positif.
Wassalamualaikum wr, wb.
Assalamualaikum wr,wb.. .Iku berbangga walaupun saya bukan orang Selimbau tetapi istri saya asli orang Selimbau, sekarang menetap di Pontianak. Saya pernah ke sana dan nuansa budaya serta alamnya benar-benar mengagumkan..semoga penulis juga bisa menampilkan foto-foto situs sejarah di Selimbau..sehingga bisa lebih memberi informasi bagi pembaca..Wassalamualaikum Wr,wb
BalasHapus